teks

SELAMAT DATANG DI BLOG BPP KECAMATAN TIRISblink>

Rabu, 21 November 2012

MAKALAH PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN



MAKALAH
PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN


I.      PENDAHULUAN.

Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction)  yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).  Penanganan pasca panen (postharvest)  sering disebut juga sebagai pe ngolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas  dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan pengolahan ber ikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai as pek dari pemasaran dan distrib usi.  Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehenda ki atau  untuk  penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri.
       Penanganan pasca panen  bertujuan  agar hasil tanaman terseb ut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk da pat segera dikonsumsi atau unt uk bahan baku pengolahan. Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai bidang kajian antara lain: 
a.    Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer, bertujuan menyiapkan  hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.
b.    Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sam pai  waktu penanaman. Teknologi benih mel iputi pemilihan buah, pengambi lan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll. 
c.    Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan agak lama disimpan, bertujuan mempertaha nkan komoditas yang telah  dipanen dalam
d.    kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi.     Penanganannya dapat berupa pemipilan/perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan (curing  / drying), pengemasan, penyimpanan, pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan ko ndisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehenda ki selama penyimpanan, seperti  pertumbuhan tunas, pertumbuhan  akar,  batang  bengkok,  buah  keriput, polong alot, ubi  berwarna hijau (greening), terlalu matang,  dll. Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian , pengikatan,  curing,  sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
Hubungan berbagai bidang kajian dalam pasca produksi terlihat pada Gambar 1. 



















       Penanganan pasca panen yang baik akan menekan Kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mula i dari  penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
-    Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani : struktur dan komposisi hasil tanaman
-    Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen
-  Teknologi penangan pasca panen yang sesuai

Keuntungan melakukan penanganan pasca panen yang baik:
1.    Dibanding dengan melakukan usa ha  peningkatan produksi ,    melakukan penanganan  pasca panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan   antara lain:
-    Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak
-    Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang hati-hati, pengemasan) dibanding peningkatan produksi  yang membu tuhkan input tambahan (misal pestisida, pupuk, dll).
- Risiko kegagalan  lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila gagal bisa berarti gagal panen.  Pada penanganan pasca panen, bila gagal umumnya tidak menambah “kehilangan”.
-  Menghemat energi. Energi yang digunak an untuk memproduksi hasil yan g kemudian “hilang” dapat dihemat. 
-    Waktu yang diperlukan lebih singkat (pengaruh perlakuan  untuk peningkatan produksi baru terlihat 1  – 3 bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca panen dapat terlihat 1 – 7 hari setelah perlakuan)
2. Meningkatkan nutrisi
     Melakukan penanganan pasca panen yang baik dapat mencegah kehilangan nutrisi, berarti perbaikan nutrisi bagi masyarakat.
2.    Mengurangi  sampah,  terutama di kota -kota dan  ikut mengatasi masalah  pencemaran lingkungan.


II.     PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA PASCA PANEN HASIL TANAMAN TIDAK DAPAT  DIHENTIKAN, TETAPI HANYA DAPAT DIPERLAMBAT

         Keberhasilan penanganan pasca panen sangat ditentukan dari tidakan awalnya, yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin, yaitu segera setelah panen.

2.1. PANEN
Panen  merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan  pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya  akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan.
Pada dasarnya yang dituju pada  perlakuan panen adalah mengum pulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan  biaya yang “rendah”.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :

2.1.1.   Menentukan waktu panen yang tepat

Yaitu menentukan “kematangan”  yang   tepat  dan  saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
*  Cara visual / penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain
*   Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik   dan lain-lain.
*   Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar.
* Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengu kuran/analisis kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komodit as, seperti: kadar gula, kadar  tepung, kadar asam,  aroma dan lain-lain.

2.1.2. Melakukan penanganan panen yang baik.
Yaitu menekan kerusakan yang  dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan, disesu aikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
          Untuk menetukan waktu panen mana atau kombinasi cara mana yang sesuai untuk menentukan kematangan su atu komoditas, kita harus meng etahui  proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan dipanen.
Contoh :
1)    Tomat dan Cabai :
Tomat dan Cabai adalah sayuran buah, proses pertumbuhannya dari buah terbentuk, buah kecil, membesar sampai suatu ketika ukurannya tidak bertambah lagi, kemudian baru terjadi perubahan warna buah yang dapat terlihat sebaga i kriteria matang. Perubahan warna pada tomat dari   hijau - hijau kekuningan -  kuning kemerahan  - merah merata. 
Pada cabai : buah warna hijau - hijau kemerahan – merah merata  -  merah tua.
2)    Kentang :
Kentang adalah umbi batang. Umbi dalam tanah dapat mulai terbentuk pada umur tanaman 3 minggu . Pembes aran umbi terjadi selama daun tanaman masih hijau. Pematangan umbi terjadi setelah daun tanaman menguning dan k ering, kulit yang tadinya mudah terkelupas  akan melekat/ lengket. Ini merupakan ciri umbi telah tua.
3)    Bawang Merah :
Pada bawang merah, umbi bawang merupakan pembesaran dari pelepah daun, jadi berlapis-lapis. Pembesaran umbi terjadi  selama daun masih hijau, pema tangan dicirikan dari pertumbuhan yang terhenti, kemudian “leher” mengecil/lunak/menutup. Lapisan paling luar akan mengering dan berfungsi sebagai kulit yang melindungi
bagian dalam dari umbi. 
4)    Jagung :
Jagung dapat dipanen sebagai jagung semi (baby corn = bunga betina yang belum terserbuki),  jagung putri, jagung sayur, jagung biji kering dan jagung untuk benih. Ciri-ciri kematangan dari masing-masing sesuai dengan stadia pertumbuhan buah.
 Menentukan waktu panen atau ke matangan yang tepat juga terga ntung dari komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Untuk serealia (biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering. Pada  buah-buahan, untuk pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen saat sudah matang benar dan ini umu mnya tidak sulit untuk ditentu kan, tapi untuk pemasaran jarak jauh atau untuk dapat disimpan lama, kita harus mempertimbangkan jarak atau waktu tersebut dengan proses kematangan yang terjadi dari tiap komoditas.  Bila panen terlalu awal, kuali tas hasil akan rendah, begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan.   
         Di bawah ini contoh patokan-patokan yang dapat dipakai untuk menentukan waktu panen dengan tujuan penyimpanan.
a)  Pada tomat : ukuran buah sudah tidak membesar lagi dan perubahan warna mulai  terjadi  (kuning).
b)  Pada cabai  : Perubahan warna sudah terjadi, untuk mendapatkan warna merah yang baik, pemanenan harus dilakukan bila warna merahnya lebih dari 50%.
c)  Pada kentang : Panen dilakukan bila daun / tanaman telah mengering lebih dari 75%   kemudian dibiarkan 4 – 7 hari, baru digali.
d)  Pada bawang merah : daun tanaman harus sudah mengering lebih dari 70%, leher batang lunak dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah). 
e)  Pada jagung pipil : pada biji sudah terbentuk “Black-layer”, biji keras, kelobot kering atau daun menguning 
f)   Pada kedelai dan kacang hijau: polong sudak mengering.

Selain menentukan kematangan yang tepat, saat akan melakukan  panen juga harus memperhatikan  kondisi lingkungan yang sesuai. 
Contoh :
Untuk sayuran buah seperti tomat dan cabai, panen sebaiknya dilakukan tidak terlalu pagi atau bila kabut telah lewat dan hari tidak hujan . Kelembaban yang terbawa pada buah dapat menyebabkan buah mudah terserang penyakit, sehingga mudah busuk. Untuk kentang dan bawang merah  panen harus dilakukan saat u dara cerah dan ada sinar matahari, karena kentang dan bawang setelah dikeluarkan dari dalam tanah perlu pengeringan / perawatan kulit  (curing), dengan dijemur seben tar,  agar terbentuk penebalan kulit dan  penyembuhan luka . Selain itu juga agar tanah yang menempel di kulit dapat segera kering, mud ah terlepas dan  umbi menjadi bersih. Pembersihan tanah dari umbi ini tidak boleh dilakukan dengan cara dicuci. Pekerjaan  perawatan ini harus dilakukan segera setelah panen, tidak boleh ditunda.
Untuk jagung biji kering dan juga biji-bijian yang lain, panen sebaiknya dilakukan pada saat udara cerah, karena setelah panen perlu segera dijemur untuk mengurangi kadar air biji.  Pada panen jagung, biji yang tidak segera kering mudah ters erang Aflatoxin yang merupakan racun bila digunakan sebagai makanan ternak.


2.1.2.   Penanganan Panen yang Baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :
1). Lakukan persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak ceroboh.
2).  Pada pemanenan, hindari kerusa kan mekanis dengan melakukan panen secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan,  bawang merah dicabut dan pada kentang, tanah di sek itar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan umbi di keluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan/luka  pada umbi saat pembongkaran tanah. 
3)    Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen. 

Contoh :
Tomat dipanen tanpa tangkai untuk menghindari luka yang dapat ter jadi karena tangkai buah yang mengering menusuk buah yang ada di atasnya.  Cabai dipetik dengan tangkainya, bawang merah dicabut dengan  menyertakan daunnya yang mengering, kentang dipanen umbinya, dilepaskan dari tangkai yang masih menempel. Jagung sayur dipanen berikut klobotnya.
4)    Gunakan tempat / wadah panen y ang sesuai dan bersih, tidak meletakkan  hasil panen di atas tanah  atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen terlalu tinggi.
5)     Hindari tindakan kasar pada pe wadahan dan usahakan tidak ter lalu banyak melakukan  pemindahan wadah.  Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah ata u antar buah dengan wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.



2.2. PENANGANAN SEGERA SETELAH PANEN 
       
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
a)     Pengeringan  (drying) bertujuan mengurangi kadar ai r dari komoditas. Pada biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
b)     Pendinginan pendahuluan  (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat  bertahan lebih lama.  Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah (sekitar  10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.  
c)     Pemulihan  (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk  dan kering.  Untuk kentang  segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran) ! Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
d)     Pengikatan  (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
e)     Pencucian  (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan  menggunakan air yang bersih,                penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan  ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin p ada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
f)      Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
g)     Sortasi   yaitu pemisahan komoditas yang  layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.


III.   PENANGANAN PASCA PANEN

Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:
-  Grading (pengkelasan) dan  standarisasi
-   Pengemasan dan pelabelan
-   Penyimpanan 
-   Pengangkutan. 
Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain : pemberian bahan kimia, pelilinan,  pemeraman. 

3.1. Grading dan Standarisasi
Grading  adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya.
Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik.  Standard yang  digunakan  untuk pemilahan  (kriteria )  dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi merupakan ketentuan mengenai  kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya  yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu. 

3.2. Pengemasan / pengepakan / pembungkusan 

3.2.1. Keuntungan dari pengemasan yang baik:
a.    Melindungi komoditas dari kerusakan
Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
Melindungi dari pengaruh lingkungan : temperatur, kelembaban, angin Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi
Melindungi dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan.
b.    Memudahkan penanganan :
Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan Memberikan kesinambungan dalam penanganan
Mengacu pada standarisasi wadah / container
c.    Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)  Lebih menarik. Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi produk yang dikemas.
d.    Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya tataniaga

3.2.2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
a)    Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh atau kerusakan lain.
b)    Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
c)    Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
d)    Container atau wadah dan bahan  pengemas lain, juga “pengisi” atau pel indung, harus bersih at au untuk yang tidak  “didaur pakai”  seperti kardus, plastik transparan dan lain-lain,   harus yang baru. 
e)    Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
f)     Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan lama penyimpanan/pengangkutan.
Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang  diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah panen.

3.3. Penyimpanan (Storage operation)

3.3.1. Tujuan / guna  penyimpanan:
a)  Memperpanjang  kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
b)  Menampung  produk yang melimpah
c)  Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
d)  Membantu dalam pengaturan pemasaran
e)  Meningkatkan  keuntungan finansial bagi produsen
f)   Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan

3.3.3.  Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
a)     Mengendalikan laju transpirasi
b)     Mengendalikan  repirasi
c)     Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
d)  Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
3.3.4. Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat diperpanjang dengan 
a)  Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen
b)  Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage)
c)  Perlakuan kimia (chemical treatment)
d)  Perlakuan penyinaran (irradiation)
e)  Penyimpanan dingin (refrigeration)  
Penyimpanan dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau), efektif (bisa digunakan untuk semua komoditas) dan efisien (dapat dikombinasikan dengan cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk kondisi daerah tropis yang  mempunyai temperatur udara rat a-rata cukup tinggi, penyimpanan  hasil pertanian dalam temperatur rendah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)    Sifat hasil tanaman.  Tanaman yang berasal dari d aerah tropis umumnya tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin umumnya tidak berada di bawah 12oC.    Ketahanan terhadap temperatur  rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
b)    Hindari  chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman karena temperature rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan lama penyimpanan.
c)    “Don’t break the cold-chains”  Penyimpanan dingin dari suatu hasil tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan konsumen. 

3.3.5.  Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan penyimpanan
a)    Perlakuan sebelum panen
b)    Panen dan penanganan panen
c)    Precooling
d)    Kebersihan 
e)    Varietas /kultivar hasil tanaman dan tingkat kematangannya

3.4. Pengangkutan:
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai  penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor  pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
a)    Fasilitas angkutannya
b)    Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan 
c)    Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
d)    Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.

3.5. Pemberian bahan kimia:
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
a)    Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit setelah panen.
b)    Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul selama penyimpanan buah agar  pematangan buah dapat diperlambat.
c)    Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
d)    Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas
e)    Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan buah.
f)     Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah pembusukan.
g)    Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik

IV.   PRINSIP DASAR DARI PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK:

4.1.        Mengenali sifat biologis hasil tanaman  yang akan ditangani  
a)  Hasil pertanian yang telah dipanen masih  hidup, masih melakukan  respirasi, dan transpirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan harus selalu memperhatikan hal ini.
b)  Sifat  biologi  setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat   untuk tiap komoditas akan berbeda. 
c)  Bagian tanaman yang dimanfaatkan  juga berbeda-beda sifatnya (daun, batang,bunga, buah, akar).
d)  Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari bagian tanaman setelah panen.
1). Perubahan fisik / morfologis :
a)    Daun  - menguning
b)    Bunga – layu
c)    Batang – memanjang atau mengeras
d)    Buah  matang – ranum, -  “bonyok”
e)    Buah muda – jagung manis – biji keriput
f)     Mentimun – keriput atau menguning
g)    Polong – alot, menguning
h)   Umbi dan ubi – bertunas / berakar
2). Perubahan komposisi :
a)    kadar air – berkurang
b)    karbohidrat - pati menjadi gula dan sebaliknya
c)    protein – terurai
d)    lemak - menjadi tengik
e)    vitamin dan mineral – hilang / berkurang
f)     Timbul aroma / bau

4.2.    Mengetahui jenis kerusakan yang dapat terjadi

a.    Kerusakan Fisik – Fisiologis 
Perubahan-perubahan terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang terlihat sebagai perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras, alot, keriput,  dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.
b.    Kerusakan Mekanis
Kerusakan disebabkan benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan tindakan manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja dila kukan. Atau karena kondisi hasil tanaman t ersebut (permukaan tidak halus atau merata, berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit tipis, dll.). Kerusakan mekanis (primer) sering diikuti dengan kerusakan biologis (sekunder)
c.    Kerusakan Biologis
Penyebab kerusakan biologis dari dalam tanaman : pengaruh etilen Penyebab kerusakan biologis dari luar : Hama dan penyakit.

4.3.        Melakukan penanganan yang baik 
a. Menggunakan teknologi yang baik dan menyesuaikan dengan tujuan penanganan
b. Hindari kerusakan apapun penyebabnya dalam penanganan pasca panen.Penanganan harus dilakukan dengan hati -hati dan mengikuti kaidah-kaidah yang ditentukan
   c. Mempertimbangkan hubungan biaya  dan pemanfaatan.

Faktor yang berpengaruh pada kerusakan hasil tanaman :             
-  Faktor biologis : repirasi, transpirasi, pertumbuhan lanjut, produksi etilen, hama dan  penyakit
-      Faktor lingkungan : Temperatur, kelembaban, komposisi udara, cahaya, angin,  tanah/media

DAFTAR  PUSTAKA

Bautista, Ofelia K. 1990. Postharvest Technology for Southeast Asian Perishable Crops. Technology and Livelifood Resource Centre. Los Banos. The Philippines.
Hong  Seok-In  2006. Packaging Technology for Fresh Produce. One Day International Seminar “Post-Harvest Losses of Cole Crops (Brassica vegetables) Causes and Solutions. FTIP, Unpad – Bandung.
Kader, A.A. 1992.  Postharvest Technology of  Horticultural Crops. The  Regents of the University of California. USA.
Pantastico, Er.B. 1975. Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Subtropical Fruits and Vegetables. The AVI Publ. Co,Inc. Westport, Connecticut.
Weichmann, J. 1987. Postharvest Physiology of Vegetables. Marcel Dekker, Inc. NY. USA.
Wills, R.; B. McGlasson; D. Graham; D. Joyce. 1998. Postharvest. An Introduction to the Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals. Hyde Park Press, Adelaide, South Australia.
Winarno, F.G. 1981. Fisiology Lepas Panen. Sastra Hudaya Jakarta.

READ MORE - MAKALAH PENANGANAN PASCA PANEN HASIL PERTANIAN