teks

SELAMAT DATANG DI BLOG BPP KECAMATAN TIRISblink>

Jumat, 08 November 2013

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN GADING KABUPATEN PROBOLINGGO



HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI
DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN GADING 
 KABUPATEN PROBOLINGGO







Oleh : ANANG BUDI PRASETYO,SP

ABSTRAK

Saat ini sentra pengembangan produksi padi masih terfokus pada daerah – daerah sentra padi, namun ke depan ada pemikiran untuk mengembangkan peningkatan produksi padi di semua desa yang mempunyai lahan sawah baik yang beririgasi teknis, setengah teknis maupun irigasi sederhana, diantaranya adalah di wilayah binaan penyuluh pertanian baik yang PNS maupun Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian ( THL-TBPP ).  Dalam pelaksanaan tugas, penyuluh pertanian di Kecamatan Gading dihadapkan pada masalah kelembagaan, karena selama ini program peningkatan produksi padi masih ditangani oleh  Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo.  Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Mengetahui hubungan antara peran penyuluh dengan peningkatan produksi padi, (2) Mengetahui hubungan antara adopsi  teknologi oleh petani dengan peningkatan produksi padi, dan (3) Mengetahui peran penyuluh dan adopsi  teknologi oleh petani dalam peningkatan produksi padi. Penelitian ini dilaksanakan pada  Bulan Januari  sampai dengan Mei 2013 di Wilayah administratif Kecamatan Gading. Populasi dari penelitian ini adalah petani padi yang telah berusaha tani minimal 2 tahun di Kecamatan Gading.  Sampel penelitian adalah  petani  padi sebanyak 30 orang  yang dipilih berdasarkan  snowball sampling. Variabel dan Indikator Penelitian adalah peran penyuluh (X1), adopsi teknologi oleh petani (X2) dan Peningkatan produksi (Y). Untuk analisis, dilakukan uji korelasi dan regresi terhadap variabel tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini  adalah: (1) Peran penyuluh di Kabupaten Tasikmalaya tidak berkontribusi dan tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi (2) Adopsi teknologi oleh petani di Kecamatan Gading tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi,  dan  (3) Peran penyuluh dan adopsi teknologi di Kecamatan Gading secara bersama-sama bersinergi meningkatkan produksi padi. 

Kata kunci: Peran penyuluh, adopsi teknologi, produksi padi, Kecamatan Gading





I.              PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Beras merupakan komoditas politik yang sangat strategis karena merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk Indonesia, usahatani padi merupakan penyedia lapangan pekerjaan dan sebagai sumber pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian dan menjadi tolok ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia (Suryana, 2002  dalam Dewa, 2007).  Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia  sangat besar dalam upaya peningkatan produksi beras. Berbagai kebijakan untuk meningkatkan produksi padi telah dilakukan oleh pemerintah, diantaranya adalah  Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)  yang  bertujuan untuk menjadikan Indonesia mampu berwasembada beras. 
Berbagai sumber menyebutkan bahwa  pada tahun 1984  melalui program bimbingan massal (BIMAS), penyuluh pertanian memiliki peran yang sangat penting  untuk  menjadikan Indonesia berswasembada beras. Sejak awal tahun 1970-an para petugas penyuluh dalam berbagai level bahu membahu memberikan bimbingan teknis (know-how) kepada petani di desa-desa untuk mempraktekan budidaya padi terpadu yang dikenal dengan “panca  usaha tani.” Dengan dukungan politik dan finansial yang sangat baik, petugas penyuluh dapat menjalankan fungsinya dengan lancar. Sistem penyuluhan latihan dan kunjungan (training and  visit) yang diadopsi dari model Bank Dunia-FAO juga dapat dikembangkan dengan sangat efektif. 
Saat ini sentra pengembangan produksi padi masih terfokus pada sentra- sentra produksi padi, namun ke  depan ada pemikiran untuk mengembangkan peningkatan  produksi padi di Kecamatan Gading.Saat ini sentra pengembangan produksi padi di sentra-sentra produksi padi, namun ke  depan ada pemikiran untuk mengembangkan peningkatan  produksi padi di Kecamatan Gading, diantaranya adalah di seluruh desa se wilayah Kecamatan Gading .  Petugas yang berhubungan langsung dengan petani dalam menyukseskan program ini adalah penyuluh pertanian.  Dalam pelaksanaan tugas penyuluh pertanian memiliki peran sebagai penasehat, teknisi, penghubung, organisatoris dan agen pembaharu yang langsung membina petani di lahan usahataninya. Dalam pelaksanaan tugas, penyuluh pertanian di Kecamatan Gading dihadapkan pada program, karena selama ini program yang ada masih ditangani oleh Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo . Sistem kelembagaan yang belum tertata sangat berpengaruh terhadap  sistem kerja penyuluh pertanian., diantaranya adalah di Kecamatan Gading.  Petugas yang berhubungan langsung dengan petani dalam menyukseskan program ini adalah penyuluh pertanian.  Dalam pelaksanaan tugas penyuluh pertanian memiliki peran sebagai penasehat, teknisi, penghubung, organisatoris dan agen pembaharu yang langsung membina petani di lahan usahataninya. Dalam pelaksanaan tugas, penyuluh pertanian di Kecamatan Gading dihadapkan pada masalah program , karena program yang dikucurkan masih ditangani oleh Dinas  Pertanian dan Dinas Peternakan.  Sistem kelembagaan yang belum tertata sangat berpengaruh terhadap  sistem kerja penyuluh pertanian.
Selain dari sistem kelembagaan, dalam proses penyuluhan pertanian, diharapkan terjadi  penerimaan sesuatu yang baru oleh petani yang disebut adopsi. Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekedar tahu, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan  atau menerapkan dengan benar serta menghayatinya dalam usahatani  padi.  Adopsi teknologi oleh petani dilakukan melalui tahap: mengetahui, memperhatikan, menilai, mencoba dan menerapkan.  Jika teknologi produksi padi yang diajarkan penyuluh dapat diterapkan oleh petani maka akan terjadi peningkatan produksi padi. 
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa terdapat hubungan antara peran penyuluh pertanian dan adopsi teknologi dengan peningkatan produksi padi.
1.2.     Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara peran penyuluh dengan  peningkatan produksi padi?
2. Apakah terdapat hubungan antara peran penyuluh  dengan peningkatan produksi padi?
3. Bagaimanakah peran penyuluh dan adopsi  teknologi  oleh petani dalam peningkatan produksi padi?

1.3.     Tujuan
Tujuan Tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.  Mengetahui hubungan antara peran penyuluh  dengan peningkatan produksi padi. 
2.  Mengetahui hubungan antara adopsi teknologi  oleh petani dengan peningkatan produksi padi. 
3.  Mengetahui peran penyuluh dan adopsi  teknologi  oleh petani dalam peningkatan produksi padi. 


1.4.    Kerangka Pemikiran
1.    Peran Penyuluh terhadap peningkatan produksi padi adalah sebagai
-  Penasehat
-  Teknisi
-  Penghubung
-  Organisatoris
-  Agen Pembaharu

2.   Peran petani dalam tahapan adopsi teknologi produksi padi,diantaranya :
-  Mengetahui
-  Memperhatikan
-  Menilai
-  Mencoba
-  Menerapkan





II.                    METODE PENELITIAN

2.1.     Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada  bulan Januari sampai dengan Juli 2013 di Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo
2.2.  Teknik Pengambilan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.  Lokasi yang dipilih  adalah Kecamatan.  Petani yang menjadi responden adalah petani padi sebanyak 30 orang yang dipilih berdasarkan  snowball sampling.  Data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data pada BPS ( Mantri Statistik Kecamatan ),UPTD  Dinas Pertanian, Kelompok Tani
2.3.     Variabel dan Indikator Penelitian
1.  Peran penyuluh (X1) yaitu penyuluh sebagai penasehat (advisor), teknisi, penghubung (middleman), organisatoris dan agen pembaharu (Marzuki, 1994).
2.  Proses adopsi  teknologi  (X2) merupakan proses perubahan perilaku melalui tahapan: mengetahui, memperhatikan, menilai, mencoba dan menerapkan (Samsudin, 1987).
3.  Peningkatan Produksi (Y) merupakan peningkatan produksi padi milik petani, penanganan panen dan harga jual gabah selama 4 kali panen. 
2.4.    Analisis data
Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk menganalisis data, meliputi:    
1.  Pengumpulan data dari pengisian kuesioner yang berupa data interval.
2.  Pengujian instrumen dengan tes validitas dan reliabilitas. Uji validitas telah dilakukan dengan uji Product Moment Corelation. Nomor kuesioner yang tidak valid tidak dimasukkan dalam analisis selanjutnya.  Uji reliabilitas telah dilakukan  dengan uji split half.  Nilai r>0,6 dari setiap variabel menunjukan bahwa variabel yang digunakan cukup reliabel.
3.   Uji prasyarat:  uji  normalitas gallat baku  dengan uji lilifors  dan homogenitas dengan uji bartlet. Uji ini telah dilakukan dan diperoleh hasil bahwa data  hasil pengisian kuesioner menyebar normal dan homogen.
4.   Uji  regresi dan  korelasi:  sebelum melakukan uji regresi dan korelasi, hasil isian kuesioner untuk setiap pertanyaan dijumlahkan sesuai jumlah responden.  Hasil yang diperoleh selanjutnya diuji regresi dan korelasi untuk mengetahui hubungan dan pengaruh independen  variabel terhadap dependen variabel.


III.           HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik Responden 
Rata-rata umur responden  di Wilayah Kecamatan Gading  adalah 50,5 tahun dengan kisaran 26 – 70 tahun. Rataan umur tersebut sedikit diatas rataan umur tenaga kerja yang mendominasi sektor pertanian yang mencapai lebih dari 50 tahun (Kasryno, 1997  dalam Suharyanto, 2001).
Secara umum dapat dilihat bahwa sebagian besar  petani yang menjadi responden tergolong dalam usia produktif, yaitu mempunyai kisaran umur antara 15-64 tahun. Menurut Soekartawi (1988) bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut.
Tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola pikir, daya penalaran yang lebih baik, sehingga makin lama seseorang mengenyam pendidikan akan semakin rasional. Secara umum petani yang berpendidikan tinggi akan lebih baik cara berfikirnya, sehingga memungkinkan mereka bertindak lebih rasional dalam mengelola usahataninya. Sebagaimana dinyatakan Soekartawi (1988) bahwa mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, mereka yang  berpendidikan rendah agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. 
Tingkat pendidikan responden bervariasi, sebagian besar responden berpendidikan setingkat SMP yaitu sebesar 44%.  Responden  yang tidak pernah sekolah yaitu 4%, berpendidikan setingkat SD yaitu 8%, berpendidikan berpendidikan setingkat SMA yaitu 28%, dan berpendidikan perguruan tinggi yaitu 16%. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petani juga dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan.  Pelatihan tentang padi yang telah diikuti oleh responden bervariasi antara 2 kali hingga 8 kali, dan sebagian besar telah mengikuti pelatihan sebanyak 3 kali. 
Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani biasanya bersifat turun temurun.  Cara bercocok tanam yang mereka lakukan biasanya mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh keluarganya.  Pengalaman dalam berusaha tani merupakan guru terbaik dalam menunjang keberhasilan.  Pengalaman responden sebagai  petani bervariasi antara  1 tahun hingga 37 tahun dan rata-rata telah berusaha tani selama 13,1  tahun.  Responden tersebut  yang berusahatani kurang dari 10 tahun sebesar 46%, berusahatani 10-20 tahun sebesar 28,6% dan yang telah berusahatani lebih dari 20 tahun sebesar 25%. 
Responden  mempunyai rataan luas lahan garapan 5.330 m2   dengan kisaran antara 1.360 m2     2 hektar. Responden dengan luas lahan garapan < 5.000 m2 sebanyak 44%, luas lahan garapan antara 5.000-10.000 m2  sebanyak 37,9% dan di atas 10.000 m2   sebanyak 17,2%. Kegiatan usahatani akan lebih efisien bila digunakan pada areal pertanaman yang lebih luas, sehingga akan menghemat biaya produksi. Sebagian besar responden menggunakan irigasi teknis sebesar 51,9%, irigasi setengah teknis sebesar 33,3% dan irigasi non teknis sebesar 14,8%.
3.2. Analisis Deskriptif 
3.2.1. Peran Penyuluh
Peran utama bagi penyuluh pertanian adalah penyuluh sebagai penasehat/ Advisor, penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung/middleman, penyuluh sebagai  organisatoris  dan penyuluh sebagai agen pembaharuan Marzuki (1994).  Berdasarkan pengisian kuesioner  dapat diketahui bahwa  4 orang atau 13,3% responden menyatakan bahwa penyuluh hanya kadang-kadang menjalankan perannya, 15 orang atau 50% responden menyatakan bahwa penyuluh jarang menjalankan perannya dan 11 orang atau 36,7% responden menyatakan bahwa penyuluh sering menjalankan perannya. 
3.2.2. Adopsi Teknologi
Proses adopsi  teknologi merupakan proses perubahan perilaku melalui tahapan: mengetahui, memperhatikan, menilai, mencoba dan menerapkan. Samsudin (1987),  Berdasarkan pengisian kuesioner dapat diketahui bahwa  1 orang  atau 3,3% responden baru pada tahap mengetahui, 1 orang atau 3,3% responden pada tahap memperhatikan dan 10 orang atau 33,3% responden berada pada tahap menilai, 11 orang atau 36,7% responden berada pada tahap mencoba, dan 7 orang atau 23,3% responden berada pada tahap menerapkan dan 10 orang. 
3.2.3. Peningkatan Produksi
Peningkatan produksi padi didasarkan pada hasil panen, penanganan panen dan harga jual padi hasil panen selama 2 tahun terakhir.  Dari hasil pengisian kuesioner dapat diketahui bahwa 21 orang atau  70%  responden  menyatakan bahwa peningkatan produksi tetap,  dan  9  orang atau  30%  responden  mengatakan mengalami sedikit peningkatan produksi. 
3.3. Analisis Statistik 
Untuk melakukan analisis data secara statistik, hasil isian kuesioner untuk setiap pertanyaan dijumlahkan.  Hasil penjumlahan tersebut selanjutnya diolah untuk dianalisis lebih lanjut.  Berdasarkan hasil penjumlahan tersebut, pemusatan data menunjukkan bahwa untuk peran penyuluh, nilai rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 126,10,  dengan nilai tengah (median) 135, dan modus 146.  Untuk adopsi teknologi nilai rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 41,59, dengan nilai tengah (median) 41  dan modus 47. Sedangkan untuk peningkatan produksi nilai rata-rata (mean) yang diperoleh sebesar 41,59, dengan  nilai tengah (median) 41, dan modus 47. 
3.4. Hubungan antara Peran Penyuluh dengan Peningkatan Produksi Padi
Hubungan peran penyuluh dengan peningkatan produksi padi sangat  lemah (r=0,12) dan  nilai  koefisien  determinasi (r2) 0,014 atau 1,4%. Hal ini berarti bahwa secara simultan peran penyuluh hanya memberikan kontribusi sebesar 1,4% terhadap peningkatan produksi padi, sedangkan sisanya disebabkan oleh  faktor-faktor  lain  yang tidak dianalisis dalam model ini. Hasil F hitung (0,396) < F tabel (α 0,05)  (3,35), secara statistik berarti bahwa peran penyuluh tidak berkontribusi terhadap peningkatan produksi padi. 
Hasil analisis koefisien regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 15,5697, dengan t hitung (9,35)> t tabel (1,70), berarti bahwa secara signifikan koefisien regresi berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi (Y).  Dengan kata lain dapat dikatakan  bahwa tanpa adanya penyuluhan, terjadi peningkatan produksi padi sebesar 15,5697 satuan. Nilai koefisien peran penyuluh (X1) sebesar 0,0083  dengan t hitung (0,63)< t tabel (1,70), berarti secara statistik peran penyuluh tidak berpengaruh terhadap produksi padi.
Produksi padi responden sebagian besar tetap selama kurun waktu dua tahun (2010-2012) meskipun penyuluh pertanian telah menjalankan perannya.  Adanya serangan hama tikus yang menyerang hampir setiap tahun merupakan masalah yang dihadapi petani.  Penyuluh maupun dinas pertanian hingga saat ini belum memberikan solusi terdapat serangan tersebut, dan yang sudah dilakukan hanya pada pemusnahan tikus yang tertangkap. Masalah hama ini bukan hanya masalah di Kecamatan Gading, tetapi juga menjadi salah satu masalah dalam pengembangan produksi padi nasional (BPS, 2008). Petani padi di Kecamatan Gading tidak dapat meningkatkan produksi padi melalui penanganan pasca panen, karena mereka biasa menjual gabah di lahan usahatani setelah panen. Harga gabah juga sangat tergantung pada pedagang, sehingga petani kurang bersemangat  untuk meningkatkan kualitas usahataninya. 
Saat ini, jika dianalisis lebih mendalam, peran  penyuluh lebih ditekankan kepada pemantapan kelembagaan kelompok tani, seperti peningkatan klas kelompok, penyusunan RDK/RDKK dan pembentukan Gapoktan. Sedangkan materi usahatani tidak terlalu diberikan dan petani cenderung berusahatani sesuai dengan kebiasaan masyarakat.  Padahal keberhasilan BIMAS pada masa lalu sangat dipengaruhi oleh bimbingan teknis penyuluh kepada petani tentang panca usahatani. Selain itu kompetensi penyuluh yang telah bergeser dari monovalen (misalnya tanaman pangan)  menjadi polivalen menyebabkan kinerja penyuluh pertanian seakan tidak berpola.
3.5. Hubungan antara Adopsi Teknologi oleh Petani dengan Peningkatan Produksi Padi
Hubungan adopsi teknologi dengan peningkatan produksi padi  cukup kuat (r=0,38) dan  koefisien  determinasi  (r2) sebesar 0,136 atau 13,6%. Hal ini berarti bahwa secara simultan peran penyuluh hanya memberikan kontribusi sebesar 13,6% terhadap peningkatan produksi padi, sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam model ini. Hasil F hitung (0,53)< F tabel (α 0,05)  (3,49), secara statistik berarti bahwa adopsi  teknologi oleh petani  tidak berkontribusi terhadap peningkatan produksi padi.  Hasil analisis koefisien regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 15,5252 dengan t hitung (10,28)< t tabel (1,70), berarti bahwa  adopsi teknologi tidak berpengaruh terhadap  peningkatan produksi padi (Y).  Nilai koefisien adopsi teknologi (X2) sebesar 0,0258 dengan t hitung (0,73)< t tabel (1,70), secara statistik juga berarti peran penyuluh tidak berpengaruh terhadap produksi padi.
Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi tersebut dapat diketahui bahwa adopsi teknologi oleh petani tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi.  Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya  bahwa  adopsi mengandung pengertian bahwa petani mampu menerapkan dan menghayati dalam kehidupan usahataninya.  Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa adopsi teknologi yang dilakukan oleh petani dari penyuluh ternyata tidak meningkatkan produksi padi. Di Kecamatan Gading, keberhasilan dalam peningkatan  produksi lebih disebabkan oleh faktor dari luar, seperti tidak adanya serangan hama tikus dan harga jual gabah kering. Meskipun petani telah mengadopsi cara berusahatani dengan baik, ternyata saat terjadi serangan hama tikus mereka tidak mampu mengatasinya. Demikian pula tentang harga jual gabah, petani tidak mampu menjadi penentu harga.  Hukum supply demand lebih berpengaruh, saat panen raya harga cenderung menurun, meskipun padi yang dihasilkan mempunyai kualitas baik. 
3.6. Hubungan antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi oleh Petani dengan Peningkatan Produksi Padi
Hubungan peran penyuluh dan adopsi teknologi dengan peningkatan produksi padi  cukup kuat (R=0,4) dan koefisien  determinasi  (R2) sebesar 0,166 atau 16,6%.  Hal ini berarti bahwa secara simultan peran penyuluh  dan adopsi teknologi  hanya memberikan kontribusi sebesar 16,6% terhadap peningkatan produksi padi,  sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam model ini. Hasil uji F menunjukkan bahwa F  hitung (0,38)< F tabel  (α 0,05) (3,35), secara statistik berarti bahwa peran penyuluh dan adopsi teknologi oleh petani secara bersama-sama  tidak berkontribusi terhadap peningkatan produksi padi. 
Hasil analisis koefisien regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 14,8161 dengan  t hitung (7,12)< t tabel (1,70), berarti bahwa koefisien regresi berpengaruh terhadap  peningkatan produksi padi (Y).  Nilai koefisien peran penyuluh (X1) sebesar 0,0067 dengan t hitung (0,50)< t tabel (1,70).  Nilai koefisien adopsi teknologi (X2) sebesar 0,0223 dengan t  hitung (0,62)< t tabel (1,70). Berdasarkan analisis statistik berarti peran penyuluh  maupun adopsi teknologi tidak berpengaruh terhadap produksi padi.
Berdasarkan nilai koefisien korelasi peran penyuluh dan adopsi teknologi secara bersama-sama bersinergi meningkatkan produksi padi.  Hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi peran penyuluh dan adopsi teknologi secara bersama-sama lebih tinggi dibandingkan nilai masing-masing. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi padi, maka  peran penyuluh yang telah baik harus diimbangi dengan adanya adopsi teknologi oleh petani. 
Dalam analisis  peran penyuluh dan adopsi teknologi secara parsial maupun bersama-sama menunjukkan bahwa koefisien peran penyuluh memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai adopsi teknologi.  Hal ini menunjukkan bahwa adopsi petani lebih berpengaruh dibandingkan dengan peran penyuluh, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan harus benar-benar melihat sampai sejauh mana tingkat adopsi oleh petani.  Jika petani belum sampai pada tahap menerapkan, maka program peningkatan produksi jangan dulu dijalankan, agar hasil yang diperoleh lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Swastika,  D.K.S., J. Wargiono,  Soejitno dan A. Hasanuddin.  2007.  Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah di Indonesian. Bogor: PSEKP.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.  Solo:  Sebelas Maret University Press.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.  Penerbit  Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Suharyanto, Destialisma dan I.A.  Parwati. 2001.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Tabela di Provinsi Bali.  Bali:  Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
READ MORE - HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN GADING KABUPATEN PROBOLINGGO

Kamis, 07 November 2013

14 KHASIAT DAUN SIRIH UNTUK KESEHATAN









Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar manfaatnya. Ia mengandung zat antiseptik pada seluruh bagiannya. Daunnya banyak digunakan untuk mengobati mimisan, mata merah, keputihan, membuat suara nyaring, dan banyak lagi, termasuk disfungsi ereksi.
Khasiat daun sirih sudah banyak dikenal dan telah teruji secara klinis. Hingga kini, penelitian tentang tanaman ini masih terus dikembangkan.
Daun sirih bermanfaat untuk mengobati berbagai penyakit. Berikut ini resep dari Kebun Tanaman Obat Karyasari tentang cara pemanfaatan daun sirih untuk kesehatan.


1. Batuk
Siapkan 15 lembar daun sirih dan tiga gelas air. Cuci bersih daun tersebut dan rebus sampai tersisa menjadi tiga perempat bagian. Minum bersama madu.

2. Bronkitis
Rebus tujuh lembar daun sirih yang telah dicuci bersih bersama sepotong gula batu dalam dua gelas air bersih. Tunggu sampai tersisa menjadi satu gelas. Minum tiga kali sehari masing-masing sepertiga gelas.

3. Menghilangkan bau badan
Ambil lima lembar daun sirih dan rebus dengan dua gelas air. Tunggu sampai tersisa menjadi satu gelas. Minum di siang hari.

4. Luka bakar
Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih. Peras airnya dan tambahkan sedikit madu. Bubuhkan ke tempat luka bakar.

5. Mimisan
Siapkan satu lembar daun sirih yang agak muda, kemudian memarkan dan gulung. Gunakan untuk menyumbat hidung yang berdarah.

6. Bisul
Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih. Setelah itu giling sampai halus dan dioleskan pada bisul dan sekelilingnya. Balut dan ganti dua kali sehari.

7. Mata Gatal dan Merah
Sediakan 5-6 daun sirih muda dan segar rebus dengan segelas air sampai mendidih. Tunggu sampai dingin dan gunakan untuk mencuci mata dengan gelas cuci mata tiga kali sehari sampai sembuh.

8. Koreng dan Gatal-Gatal

Rebus 20 lembar daun sirih sampai mendidih. Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk membasuh koreng dan gatal.

9. Menghentikan Gusi Berdarah
Rebus empat lembar daun sirih dalam dua gelas air. Gunakan untuk berkumur.

10. Sariawan
Ambil 1-2 lembar daun sirih kemudian cuci bersih. Kunyah sampai lumat dan buang ampasnya setelah selesai.
11. Menghilangkan Bau Mulut
Siapkan 2-4 lembar daun sirih, cuci bersih dan remas. Seduh dengan air panas lalu gunakan untuk berkumur.
12. Jerawat
Ambil 7-10 lembar daun sirih, cuci bersih dan tumbuk halus. Seduh dengan dua gelas air panas. Gunakan air tersebut untuk mencuci muka. Lakukan 2-3 kali sehari.
13. Keputihan
Rebus 10 daun sirih yang telah dicuci bersih dalam 2,5 liter air. Gunakan air rebusan yang masih hangat tersebut untuk mencuci vagina.
14. Mengurangi ASI Berlebih
Ambil beberapa daun sirih, cuci bersih dan olesi dengan minyak kelapa. Kemudian hangatkan di atas api sampai layu. Tempelkan di seputar payudara yang bengkak selagi masih hangat.
 


READ MORE - 14 KHASIAT DAUN SIRIH UNTUK KESEHATAN