teks

SELAMAT DATANG DI BLOG BPP KECAMATAN TIRISblink>

Rabu, 25 Februari 2015

LABU KUNING UNTUK BAHAN FORTIFIKASI VITAMIN A

LABU KUNING UNTUK BAHAN FORTIFIKASI VITAMIN A

Labu kuning(Cucurbita  moschata)
By: Anang Budi Prasetyo,SP
 


Labu kuning atau waluh (Cucurbita  moschata), yang dalam bahasa  Inggris dikenal sebagai pumpkin,  termasuk komoditas pangan yang  telah banyak dikenal masyarakat. Olahan  berupa kolak waluh sangat manis dan  memiliki warna kuning orange sehingga  menarik untuk dinikmati di samping rasa  dan penampilannya yang menarik, labu  kuning merupakan bahan pangan yang  kaya vitamin A dan C, mineral, serta  karbohidrat dan daging buahnyapun mengandung antioksidan yang bermanfaat  sebagai anti kanker. 

Umumnya labu kuning diolah menjadi  kolak ataupun sayur, di samping untuk  pembuatan kue tradisional, karena  bahan pangan lokal tersebut memiliki  potensi gizi dan komponen bioaktif yang  baik, dan belum termanfaatkan secara  optimum. Salah satu penyebabnya adalah  keterbatasan pengetahuan masyarakat  akan manfaat komoditas pangan tersebut. 

Sesuai namanya, labu kuning  mempunyai warna kuning atau jingga  akibat kandungan karotenoidnya yang  sangat tinggi, di samping kaya akan karoten  (salah satu jenis karotenoid). Karoten  merupakan sumber Vitamin A. Di dalam  tubuh karoten diubah menjadi vitamin A  yang penting untuk tubuh terutama pada  masa pertumbuhan. 
 
Masalah defisiensi (kekurangan)  vitamin A merupakan salah satu masalah  gizi di negara kita. Defisiensi Vitamin A  biasanya terjadi pada anak-anak. Vitamin  A sangat penting untuk penglihatan/mata,  mencegah penyakit kulit serta membantu  proses pertumbuhan, sehingga suplai  Vitamin A pada makanan anak-anak  penting untuk diperhatikan. 
 
Fortifikasi merupakan suatu cara untuk  meningkatkan kandungan suatu komponen  gizi produk pangan, yang dapat dilakukan  dengan menambahkan secara langsung  komponen gizi yang ingin ditingkatkan  ataupun menambahkan bahan yang  kaya akan komponen gizi tersebut pada  produk pangan. Fortifikasi diharapkan  dapat berperan untuk mengatasi masalah  kekurangan gizi mikronutrien di Indonesia. 
 
Labu kuning yang kaya betakaroten  dapat menjadi bahan biofortifikasi  pada produk pangan olahan. Fortifikasi  dapat dilakukan dengan menggunakan  labu kuning segar yang ditambahkan  pada pembuatan roti, es krim dan  produk pangan lain yang disukai anak-anak. Fortifikasi juga dapat dilakukan  dengan terlebih dahulu mengolah labu  kuning menjadi tepung yang selanjutnya  diaplikasikan pada pengolahan pangan.  Produk olahan yang ditambah dengan  tepung labu kuning mempunyai warna dan  rasa yang spesifik, sehingga diharapkan Iebih disukai anak-anak. 
 
Tepung merupakan alternatif produk  setengah jadi yang dianjurkan karena  lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit), dibentuk,  diperkaya zat gizi, dan Iebih cepat dimasak  sesuai tuntutan kehidupan modern yang  serba praktis. Dari segi proses, pembuatan tepung hanya membutuhkan air relatif  sedikit dan ramah Iingkungan dibandingkan  dengan pembuatan pati. 
 
Menurut Prof. Dr. Made Astawan,  Dosen di Departemen Teknologi Pangan  dan Gizi IPB, tahapan pembuatan tepung  dari buah labu kuning sebagai berikut:  Labu kuning harus dipilih yang mengkal,  yaitu buah sudah tua tetapi belum  masak optimum. Buah dipanen kira-kira 5-10 hari Iebih awal dari umur panen  semestinya. Buah yang masak optimum  tidak sesuai   
READ MORE - LABU KUNING UNTUK BAHAN FORTIFIKASI VITAMIN A