teks

SELAMAT DATANG DI BLOG BPP KECAMATAN TIRISblink>

Minggu, 11 Januari 2015

PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG



PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG
 Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP


Penyakit bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit dan umur muda (antara 1 - 2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100% pada varietas rentan.
Gejala
Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.
Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi pada tanaman yang sudah tua namun masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil. 

Penyebab

Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora  maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.

 Bentuk konidia Cendawan (a) P. maydis, (b) P.Sorgi dan (c)  P.hillipinensis

Pengendalian
-     Menanam varietas tahan: Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, danGumarang 
-     Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
-     Penanaman jagung secara serempak Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terserang penyakit bulai
-     Penggunaan fungisida  metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih

 

READ MORE - PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

HAMA KUMBANG BUBUK



HAMA KUMBANG BUBUK
Sitophilus zeamais (Motsch)


Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP


I.       Bio ekologi

S. zeamais  Motsch, dikenal sebagai dengan  maize weevil  atau kumbang bubuk, mengalami metamorfosis sempurna dan merupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras, gandum,  kacang tanah, kacang kapri, kedelai, kelapa, dan jambu mete (Cotton 1963, Kranz  et al.  1980).  S. zeamais lebih menyukai jagung dan beras (Haines 1991; Kalshoven 1981).
Hama tersebut merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga menyerang tongkol jagung di pertanaman. Kumbang mempunyai spot lebih terang pada permukaan sayap (Vera and Burkholder 1995). Kumbang meletakkan telur satu per satu pada lubang gerekan, kemudian lubang ditutup kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur atau  egg plug (Haines 1991). Keperidian imago berkisar antara 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih 6 hari pada suhu 250 C (Subramanyam and Hagstrum 1995, Granados 2000).  Telur menetas menjadi larva, kemudian menggerek biji dan hidup dalam liang gerek yang semakin besar, sesuai dengan perkembangan larvanya. Larva terdiri atas empat instar, dengan umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250 C dan kelembaban nisbi 70%. Pupa terbentuk di dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek (Subramanyam and Hagstrum 1995). Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari (Bergvinson 2002). Imago yang
terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar dengan mulut melalui perikarp. Siklus hidupnya berkisar antara 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290 C, kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila kadar air bahan pada saat disimpan di atas 15%. Pada populasi yang tinggi, kumbang bubuk cenderung berpencar (Kalshoven 1981). Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari tanpa makan (Haines 1991).

II.     CARA PENGENDALIAN

a.     Pengelolaan tanaman.

Serangan di lapang dapat terjadi jika tongkol terbuka.Pengelola tanaman untuk meminimalkan serangan hama, terutama penggerek batang dan penggerek tongkol, dapat mengurangi serangan kumbang bubuk di lapang.  Tanaman yang kekeringan dan dengan pemberian pupuk dengan takaran rendah mudah terinfeksi busuk tongkol, sehingga mudah pula terserang hama kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada ujung biji bagian dalam dapat mengurangi serangan kumbang bubuk. Panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan (Tandiabang  et al . 1996).

b.     Varietas tanaman.

Penggunaan varietas yang mengandung asam fenolat tinggi dan asam amino rendah dapat menekan perkembangan kumbang bubuk. Galur yang relatif tinggi kandungan asam fenolat dan asam aminonya antara lain adalah ACROSS 8762, S99 TL WQ (F/D), S99 TL YQ-A, dan TOMEGIUM (Tenrirawe 2004). Varietas yang mempunyai penutupan kelobot yang baik disukai oleh petani yang menyimpan jagungnya dalam bentuk kelobot, karena dapat memperlambat serangan hama kumbang bubuk. Varietas tahan masih dalam tahap penelitian dan perakitan di CIMMYT, Meksiko. Mekanisme ketahanannya sudah diketahui, yaitu mempunyai kekerasan biji dan tingginya kandungan asam ferulik atau asam fenolat (Bergvinson 2002).

c.     Kebersihan dan pengelolaan gudang. 

Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi pada saat gudang kosong. Oleh karena itu, pengendalian hama di dalam gudang difokuskan pada kebersihan gudang. Higienis adalah aspek penting dalam strategi pengendalian terpadu, yang bertujuan untuk mengeliminasi populasi serangga yang dapat terbawa pada penyimpanan berikutnya.  Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari gudang. Karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak di mana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida pada dinding maupun plafon gudang. Semua kegiatan ini harus diselesaikan dua minggu sebelum penyimpanan jagung.

d.     Persiapan biji jagung yang disimpan.

Parameter penting yang dapat mempengaruhi kualitas biji, adalah kadar air biji. Kadar air biji  <12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Pada kadar air 8%, kumbang bubuk tidak dapat merusak biji (Bergvinson 2002). Populasi kumbang bubuk meningkat pada kadar air biji 15% atau lebih.

1.     Pengendalian secara fisik dan mekanis.

Lingkungan perlu dimanipulasi secara fisik agar tidak terjadi pertambahan populasi serangga. Pada suhu lebih rendah dari 50 C dan di atas 350 C, perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk (Paul and Muir 1995). Sortasi dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh) termasuk cara untuk menekan perkembangan serangga.

1)     Bahan nabati . 

Bahan nabati yang digunakan untuk melindungi biji di penyimpanan bervariasi, bergantung pada daerah dan masyarakatnya serta ketersediaan tanaman dan metode penyediaannya. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun  Annona  sp.,  Hyptis spricigera, Lantana camara (Bergvinson 2002), daun Ageratum conyzoides,  dan  Chromolaena odorata (Bouda  et al.  2001), akar  Khaya senegelensis, Acorus calamus,  bunga Pyrethrum  sp.,  Capsicum  sp., dan tepung biji  Annona  sp. dan  Melia  sp. (Bergvinson 2002).

2)     Pengendalian hayati . 

Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami dimaksudkan untuk menurunkan atau menekan populasi hama. Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk.  Aplikasi Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml dengan takaran 20 ml/kg biji dapat membunuh 50% kumbang bubuk (Hidalgo  et al.  1998). Penggunaan parasitoid  Anisopteromalus calandrae (Howard) juga mampu menekan perkembangan kumbang bubuk (Brower  et al.  1995; Haines 1991).

3)     Fumigasi . 

Fumigan merupakan senyawa kimia, yang dalam suhu dantekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melaluisistem pernafasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas,kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat puladilakukan pada penyimpanan sistem kedap udara, seperti penyimpanan dalam silo dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine ( PH3 ) dan methyl bromida (CH3 Br) (Anonim 2000, Subramanyam and Hagstrum 1995).



READ MORE - HAMA KUMBANG BUBUK