BAHAYA MAKANAN TERHADAP
TUBUH
Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP
Pangan merupakan sumber energi dan
berbagai zat gizi untuk mendukung hidup manusia. Tetapi pangan dapat juga
menjadi wahana bagi unsur pengganggu kesehatan manusia, yang berupa unsur yang
secara alamiah telah menjadi bagian dari pangan, maupun masuk ke dalam pangan
dengan cara tertentu. Secara umum bahaya yang timbul dari pangan sering disebut
sebagai keracunan pangan. Timbulnya bahaya dapat terjadi melalui unsur
mikroorganisme, kimia atau alami. Penyakit yang ditimbulkan oleh ketiga unsur
di atas diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1.
Penyakit akibat pangan yang
disebabkan oleh mikroba yang mencemari pangan dan masuk ke dalam tubuh,
kemudian hidup dan berkembang biak, dan mengakibatkan infeksi pada saluran
pencernaan (food infection).
2.
Penyakit akibat pangan yang
disebabkan oleh racun/toksin yang dihasilkan oleh mikroba pada pangan (food
poisoning). Kejadian intoksikasi tidak selalu diserta masuknya mikroba ke dalam
tubuh.
3.
Penyakit akibat pangan yang
penyebabnya bukan mikroba, tetapi bahan kimia dan unsur alami.
1. Bahaya
Mikrobiologis
Mikroba
terdapat dimana-mana, baik di tanah, debu, air ataupun udara. Sebagian besar
dari mikroba tersebut tidak berbahaya, tetapi banyak juga yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan. Dalam keadaan tertentu mikroba
dapat berkembangbiak dan menginfeksi jaringan tubuh dan dapat menular baik
antara manusia dengan manusia, hewan dengan hewan ataupun menular dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, secara langsung atau melalui pangan. Pangan menjadi
beracun karena telah tercemar oleh mikroba tertentu, dan mikroba tersebut
menghasilkan racun yang cukup banyak yang dapat membahayakan konsumen
a.
Infeksi Bakteri
infeksi pangan antara lain adalah Salmonella,
Clostridium perfringens, Vibrio parahaemolyticus, Escherichia coli, Bacillus
cereus, dan Pangan yang umumnya sumber infeksi dan keracunan oleh
bakteri adalah pangan yang tergolong berkeasaman rendah seperti daging, telur,
susu dan hasil produksinya. Yang termasuk bakteri penyebab Vibrio cholerae.
1). Salmonella
Salmonella dapat ditemui dalam pangan karena
adanya kontaminasi. Beberapa sumber kontaminasi antara lain kotoran hewan pada
saat dipotong, kotoran manusia, atau dari air yang terkena polusi air buangan
yang mengandung Salmonella. Kontaminasi dapat juga terjadi secara tidak
langsung, misalnya kontaminasi pangan oleh Salmonella melalui tangan
manusia atau alat-alat yang digunakan.
Salmonella terdapat pada unggas dan telurnya,
lalat, tikus dan kecoa. Ayam kalkun, bebek dan angsa dapat terinfeksi oleh
berbagai jenis Salmonella yang kemudian dapat ditemukan dalam kotoran,
telur dan sebagainya. Produk seperti telur utuh, telur bubuk dan telur cair,
perlu mendapat perhatian khusus karena berpotensi sebagai sumber Salmonella.
Pangan lainnya yang sering tercemar oleh Salmonella adalah daging ikan
dan susu serta hasil olahannya seperti sosis, ham, ikan asap, susu segar, es
krim, coklat susu.
Gejala keracunan Salmonella adalah
demam, sakit kepala, diare, dan muntah. Masa inkubasi 5 – 72 jam, biasanya 12 –
36 jam setelah memakan pangan yang mengandung Salmonella.
2). Clostridium perfringens
Penyakit yang ditimbulkan bakteri ini
adalah gastroenteritis (gangguan saluran pencernaan), dengan gejala seperti
sakit perut, diare dan terbentuknya gas racun yang dikeluarkan dari saluran
pencernaan. Bakteri tersebut relatif peka terhadap panas dan dapat diinaktifkan
pada suhu 60°C selama 10 menit. Gejalanya timbul
dalam waktu 8 – 24 jam setelah memakan makanan yang mengandung mikroba
tersebut.
Clostridium perfringens banyak
terdapat pada daging ayam dan daging sapi masak. Pangan lain yang mungkin
terkontaminasi adalah ikan, unggas, produk susu, makanan kering, sup, gravies,
rempah-rempah, gelatin, spagheti, pasta, tepung dan protein kedelai.
3). Vibrio parahaemolyticus
Wabah gastroenteritis oleh Vibrio
parahaemolyticus banyak terjadi di Jepang karena kebiasaan penduduknya yang
mengkonsumsi ikan terkontaminasi dan hasil laut lain secara mentah. Hasil laut
seperti ikan laut, kerang, kepiting, dan udang adalah bahan pangan yang sering
terinfeksi Vibrio parahaemolyticus.
Masa inkubasi 2 – 48 jam, biasanya 12
jam. Gejala yang timbul adalah sakit perut, diare (kotoran berair dan
mengandung darah), mual dan muntah, demam ringan, dan sakit kepala. Penderita
akan sembuh setelah 2 – 5 hari.
4). Escherichia coli
. Bakteri ini secara normal (komensal)
terdapat pada saluran usus besar/kecil anak-anak dan orang dewasa sehat dan
jumlahnya dapat mencapai 109 CFU/g. Bakteri ini dikenal sebagai
mikroba indikator kontaminasi fekal dan dibagi dalam dua kelompok, yaitu
nonpatogenik dan patogenik. Ada empat kelompok patogenik penyebab diare, yaitu
EPEC (Enteropatogenik Escherichia coli), ETEC (Enterotoksigenik Escherichia
coli), EIEC (Enteroinvasif Escherichia coli) dan VTEC (Escherichia
coli penghasil verotoksin).
Penyakit yang disebabkan oleh grup EPEC
adalah diare berair yang disertai dengan muntah dan demam. Diare sering
bersifat sembuh sendiri, tapi EPEC dapat menyebabkan enteritis kronis yang
berkepanjangan yang mengganggu pertumbuhan. EPEC umumnya dikaitkan dengan bayi
dan anak-anak di bawah usia 3 tahun
Penyakit yang disebabkan oleh ETEC
merupakan diare berair dengan kejang perut, demam, malaise dan muntah. Dalam
bentuk sangat berat, infeksi oleh galur ETEC dapat menghasilkan gambaran klinis
yang menyerupai diare yang disebabkan oleh V. cholerae, yaitu tinja air
beras. ETEC merupakan penyebab utama diare untuk bayi di negara berkembang dan
juga diare pada orang yang sedang mengadakan perjalanan dari daerah beriklim
musim dengan standar higiene baik ke daerah-daerah tropis dengan standar
higiene yang lebih rendah.
Grup EIEC menyebabkan diare yang klinis
sering menyerupai diare basiler,yang disebabkan oleh Shigella. Awalnya
diare bersifat akut dan berair, disertai demam dan kejang perut, berlanjut
sampai fase kolon (usus besar) dengan tinja yang berdarah dan mukoid. Tidak
semua infeksi EIEC berlanjut sampai fase kolon, sehingga darah tidak selalu
terdeteksi dalam tinja. EIEC menyerang mukosa kolon dan berkembangbiak di dalam
sel, menyebar ke sel-sel yang berdekatan setelah sel-sel yang terinfeksi
mengalami lisis.
VTEC menyebabkan hemoragik colitis (HC)
dan sindroma hemolitik uremik (HUS). Gejala HC sering dimulai dengan sakit
perut dan diare berair, diikuti dengan diare berdarah umumnya tanpa demam.
Diare baik berdarah atau tidak, diikuti oleh munculnya HUS. HUS terjadi pada
semua kelompok umur tapi paling umum pada anak-anak. VTEC terdapat pada alat
pencernaan dari usus sapi dan hewan lain.
Kontaminasi pangan berasal dari
karyawan pengelola pangan atau dari kontak dengan air yang mengandung buangan
manusia. Infeksi orang dewasa sehat memerlukan dosis paling sedikit 108 sel
baik melalui pangan atau air yang tercemar.
5). Bacillus cereus
Bacillus cereus menyebabkan
terjadinya gastroenteritis pada manusia. Gejalanya mual, kejang perut, diare
berair, dan muntah-muntah selama satu hari atau kurang. Pangan yang sering
terkontaminasi adalah serelia, tepung, bumbu, pati, puding, saus, dan nasi goreng.
6). Vibrio cholerae
Vibrio cholerae menjadi
penyebab terjadinya wabah kolera, sedangkan Vibrio cholerae van Eltor penyebab
dari penyakit kolera eltor. Cara kerjanya adalah dengan menyerang dinding
saluran usus dan menyebabkan diare dan muntah. Penularan bakteri ini melalui
air, ikan dan makanan hasil laut.
b.
Intoksikasi Pangan karena Bakteri
Jenis bakteri penyebab intoksikasi
pangan adalah Clostridium botulinum, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas
cocovenenans. Racun yang dihasilkan bakteri lebih tahan panas daripada
bakteri itu sendiri.
1). Clostridium botulinum
Keracunan yang disebabkan bakteri ini
disebut “botulism”. Racun yang dihasilkan dapat menyebabkan kematian. Gejalanya
dimulai dengan gangguan pencernaan yang akut, mual, dan berbicara, otot-otot
menjadi lumpuh dan kematian biasanya karena kesulitan bernafas. Pada muntah,
diare, lemah fisik dan mental, pusing dan sakit kepala, pandangan berubah
menjadi dua, sulit menelan kasus yang fatal, kematian dapat terjadi 3 – 6 hari.
Pada umumnya intoksikasi terjadi pada
pangan kaleng berasam rendah. Makanan kaleng yang sering menyebabkan botulism
adalah jagung manis, bit, asparagus dan bayam. Botulism juga mungkin terjadi
pada ikan asap.
2). Staphylococcus aureus
Gejala keracunan Staphylococcus
aureus adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare
berdarah dan berlendir, sakit kepala, kejang otot, berkeringat dingin, lemas,
nafas pendek, suhu tubuh dibawah normal. Gejala ini berlangsung 1 – 2 hari,
jarang terjadi kematian.
Rongga hidung manusia khususnya
penderita sinusitis mengandung banyak staphylococci, demikian halnya
dengan bisul dan luka bernanah merupakan sumber potensial. Sapi perah penderita
mastitis (infeksi pada ambing) menularkan staphylococci ke dalam air
susu.
Bakteri S. aureus yang telah
masuk ke dalam makanan, dapat dimatikan dengan pemanasan pada waktu dimasak,
tetapi toksin yang dihasilkannya hanya dapat terurai jika dilakukan pemanasan
selama beberapa jam, atau dipanaskan pada suhu 115°C selama 30 menit. Makanan yang dipanaskan pada suhu ini tentu saja akan
berubah teksturnya dan mengalami kerusakan kandungan gizi yang relatif hebat.
3). Pseudomonas cocovenenans
Keracunan bongkrek adalah nama penyakit
untuk jenis keracunan oleh bakteri ini. Pseudomonas cocovenenans sering
mengkontaminasi tempe bongkrek. Tempe bongkrek terbuat dari ampas kelapa dan
difermentasi kapang Rhizopus oligosporus. Pada tempe yang gagal dan
rapuh , disamping Rhizopus oligosporus biasanya tumbuh juga sejenis
bakteri yang disebut Pseudomonas cocovenenans. Bakteri inilah yang
menyebabkan terbentuknya toksin dalam tempe bongkrek dan berbahaya jika
dikonsumsi manusia.
Penderita keracunan bongkrek ditandai
dengan hipoglikemia, spasma/kejang, dan tidak sadar. Penderita hipoglikemia
biasanya meninggal 4 hari setelah mengkonsumsi tempe bongkrek yang beracun.
2. Bahaya Kimia
a. Intoksikasi
Pangan karena Bahan Alami
Keracunan pada pangan selain disebabkan
oleh mikroorganisme yang berasal dari tanah, air, udara, hewan dan manusia juga
bisa berasal dari bahan alami yaitu dari hewan, tumbuhan dan bahan kimia. Racun
berada dalam pangan secara alamiah karena racun tersebut adalah komponen dari
pangan, contohnya jamur racun, singkong racun, ikan racun, jengkol, dan
sebagainya.
1). Jamur Racun
Jamur racun adakalanya sukar dibedakan
dengan jamur yang dapat dimakan sehingga orang yang tidak begitu mengetahui
ciri-ciri tanaman jamur sering salah mengambil jamur beracun sehingga
menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian.
Beberapa jenis jamur beracun yang
menyerupai jamur merang yaitu Amanita muscaria yang menghasilkan racun
muskarin dan jamur Amanita phalloides yang menghasilkan racun phallin.
Masa inkubasi relatif cepat antara 15 menit hingga 15 jam. Gejala keracunan
jamur adalah sakit perut, timbul rasa haus, mual, muntah, diare, badan menjadi
lemah, kadang-kadang diikuti dengan keluarnya air mata dan dapat berakhir
dengan kematian.
2). Jengkol
Jengkol yang berasal dari tanaman asal Pithecolobium
lobatum biasanya dikonsumsi dalam bentuk emping jengkol, sebagai lauk sayur
jengkol dan sebagai lalap bentuk mentah. Jengkol dapat menimbulkan keracunan
kalau dikonsumsi terlalu banyak. Jengkol mempunyai bau khas yang tidak sedap.
Penyebab keracunan adalah asam jengkolat. Hablur asam jengkolat berbentuk jarum
roset, mudah larut dalam larutan asam atau alkali, larut dalam air panas, sukar
larut dalam air, sehingga dapat mengakibatkan penyumbatan pada saluran urine
dan terganggunya fungsi ginjal.
Gejala keracunan jengkol ialah perut
kembung, mual, kadang-kadang disertai dengan muntah dan tidak dapat buang air
besar. Timbul rasa nyeri (kolik) didaerah pinggang atau sekitar pusar dan
kadang-kadang disertai kejang. Urine sedikit, berbau khas jengkol, adakalanya
berwarna merah bercampur putih seperti air cucian beras karena didalam urine
terdapat sel darah merah dan sel darah putih dan pada keracunan jengkol berat
tidak dapat kencing sama sekali karena saluran urine tersumbat oleh hablur asam
jengkolat.
3). Singkong Racun
Penyebab keracunan pada singkong adalah
asam sianida yang terdapat baik pada daun maupun umbi singkong. Asam sianida
akan menghambat pengangkutan oksigen oleh sel darah merah. Gejala keracunan
singkong seperti keracunan asam sianida pada umumnya yaitu mual, muntah,
pusing, sukar bernafas sehingga harus menarik nafas dalam-dalam, denyut jantung
cepat, kemudian pingsan dan dapat berakhir dengan kematian.
4). Ikan Beracun
Beberapa jenis ikan laut dan air tawar
ternyata di dalam organ tubuhnya mengandung racun yang dapat menimbulkan
kematian pada korban keracunan. Jenis ikan beracun yang terkenal adalah ikan
buntel. Tubuh ikan buntel perutnya agak membulat tidak pipih, gigi rahangnya
yang tumbuh berendeng menyatu dan hanya dipisahkan oleh celah kecil di tengah,
sehingga tampak seperti bergigi empat. Penyebab keracunan pada ikan buntel adalah
racun tetrodoksin dari golongan neurotoksin (menyerang syaraf) yang sangat
beracun dan terdapat di dalam indung telur dan hati. Gejala keracunan timbul 30
menit hingga beberapa jam setelah makan ikan beracun berupa kesemutan di
sekitar mulut, ibu jari, jari tangan dan jari kaki, dan sering diikuti dengan
rasa kebal pada tungkai, nyeri pada sendi, rasa gatal, berkeringat, mual,
muntah, otot lumpuh, pernafasan terganggu dan dapat berakhir dengan kematian.
5). Kerang, Udang Beracun
Kerang jenis tertentu diketahui
mengandung racun yang menyerang syaraf (neurotoksin) dan racun ini tidak rusak
oleh panas. Gejala keracunan yang akut timbul 5 hingga 30 menit setelah makan
kerang atau dapat juga terjadi 24 – 48 jam setelah makan kerang atau udang yang
diduga beracun. Keracunan kerang dapat dilihat dengan gejala kesemutan di
sekitar mulut, mual, muntah, perut melilit, otot melemah, tubuh lumpuh dan
dapat berakhir dengan kematian karena pernafasan terganggu.
b.
Intoksikasi Pangan karena Logam Berat
Logam berat masuk ke dalam pangan
karena proses pencemaran pada waktu penanaman, pemeliharaan, penyimpanan pasca
panen dan pengolahan. Selain itu kontaminasi dapat juga terjadi melalui alat
masak yang mengandung logam berbahaya dan mengalami pengikisan permukaan.
1). Keracunan Senyawa Merkuri (Hg)
Keracunan merkuri dapat terjadi karena
pembuangan limbah industri yang mengandung merkuri ke laut atau sungai kemudian
mencemari ikan dan sejenisnya yang hidup di air laut. Jika air sungai tersebut
dijadikan sumber air minum tanpa pengolahan yang menghilangkan merkuri maka air
tersebut dapat menimbulkan keracunan merkuri kronik. Keracunan merkuri dapat
juga terjadi melalui penggunaan fungisida yang tidak sesuai dengan petunjuk
penggunaan, sehingga mencemari bahan pangan seperti beras, daging, atau karena
kekeliruan pemakaian fungisida, karena label tidak jelas.
Gejala keracunan merkuri adalah rasa
terbakar pada mulut, rasa logam, banyak mengeluarkan air liur dan haus, sakit
perut, muntah, cairan tinja mengandung darah, denyut nadi cepat tapi lemah,
pucat, kelemahan kaki, penglihatan menurun, koma dan berakhir denga kematian.
2). Keracunan Tembaga
Logam tembaga dan kuningan dahulu
banyak digunakan dalam wadah atau alat masak misalnya wajan, ketel, dan tangki
minum. Apabila pangan yang mengandung asam atau berkarbonat diolah dalam wadah
tembaga, sebagian logam tembaga akan terkikis dan larut dalam pangan sehingga
dapat menimbulkan keracunan. Tembaga sebagai persenyawaan kimia dipakai pula
dalam fungisida atau insektisida seperti tembaga oksiklorida dan tembaga
sulfat, persenyawaan tersebut dapat menyebabkan keracunan apabila tercampur ke
dalam pangan, karena penyemprotan yang tidak sesuai petunjuk sehingga
meninggalkan residu yang banyak dalam pangan.
Masa inkubasi relatif cepat yaitu satu
jam atau kurang. Gejala keracunan tembaga adalah sakit kepala, keringat dingin,
nadi lemah, rasa manis dan bau logam pada mulut, muntah, sakit perut, diare,
kejang-kejang dan koma.
3). Keracunan Arsen
Arsen banyak digunakan sebagai bahan
campuran insektisida, yaitu arsen pentoksida dicampur dengan kromium trioksida
dan tembaga oksida. Arsen dapat menyebabkan keracunan karena penyimpanan atau
penyemprotan insektisida yang tidak sesuai dengan petunjuk. Gejala keracunan
arsen umumnya timbul ½ – 1 jam setelah keracunan arsen.
Tetapi dapat pula terjadi dalam beberapa jam, terutama apabila keracunan
melalui pangan. Gejala keracunan arsen adalah muntah, diare dan dapat berakhir
dengan kematian.
4). Keracunan Seng
Alat masak yang terbuat dari seng atau
besi yang dilapisi seng dapat menimbulkan keracunan karena logam seng terkikis
dan larut dalam pangan. Masa inkubasi keracunan seng sekitar 1 jam. Gejala
keracunan seng adalah sakit kepala, mengeluarkan air liur, haus, muntah dan
diare.
5). Keracunan Antimon (Stibium)
Keracunan antimon dapat terjadi karena
alat masak yang terbuat dari campuran logam yang mengandung logam antimon.
Makanan yang mengandung asam dapat mengikis dan melarutkan antimon sehingga
mengkontaminasi makanan. Masa inkubasinya beberapa menit sampai beberapa jam.
Gejala yang timbul akibat keracunan antimon adalah sakit kepala, muntah, kejang
dan pingsan.
6). Keracunan Kadmium
Keracunan pangan dan minuman oleh
senyawa kadmium terjadi karena wadah makanan yang. Gejala yang timbul akibat
keracunan kadmium adalah pucat, muntah, kejang, pingsan dan permukaannya
dilapisi kadmium terkikis dan larut ke dalam pangan. Masa inkubasinya 1 jam
kurang dapat diakhiri dengan kematian.
7). Keracunan Fluorida
Keracunan fluorida dapat terjadi karena
residu insektisida dalam bahan pangan akibat penyemprotan insektisida. Salah
satu insektisia yang mengandung Na fluorida merupakan campuran asam borat,
arsen pentoksida dihidrat, natrium dikromat dan natrium tetra borat
pentahidrat. Masa inkubasi sekitar 1 jam atau kurang. Keracunan fluorida
menimbulkan gejala pucat, muntah, kejang, pingsan dan berakhir dengan kematian.
8). Keracunan Sianida
Keracunan sianida dapat terjadi karena
bahan pengkilap peralatan perak yang mengandung senyawa sianida dan menempel
pada tangan yang dapat mencemari pangan sehingga menyebabkan keracunan. Masa
inkubasi antara 35 menit sampai 6 jam. Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan
sianida adalah letih, keringat dingin, mual, muntah, diare, kemungkinan
diakhiri dengan kematian.
9). Keracunan Timbal
Logam timbal digunakan dalam logam
campuran seperti pada timah, solder sedangkan persenyawaannya banyak digunakan
dalam insektisida untuk buah dan sayuran. Penggunaan alat masak yang mengandung
timbal dapat menimbulkan keracunan, karena logam terkikis dan larut ke dalam pangan.
Masa inkubasinya selama 30 menit. Gejala yang dapat ditimbulkan akibat
keracunan timbal adalah sakit kepala, muntah dan kemungkinan kematian.
10). Keracunan Nitrit
Nitrit digunakan selain sebagai
pengawet pada daging dan juga memberikan warna merah. Keracunan nitrit dapat
terjadi karena penggunaan yang melewati batas maksimum penggunaan, salah
pemakaian dan tercampur secara tidak sengaja karena kelalaian dan
ketidaktahuan. Keracunan nitrit dapat dilihat dengan gejala penurunan tekanan
darah yang tiba-tiba, mual, muntah, kedinginan, kejang bibir, dan ujung jari
menjadi biru, kolaps, dan kematian.
3. Residu Pestisida
Pestisida banyak digunakan untuk
melindungi tanaman dan hasil panen tetapi dapat menimbulkan
keracunan/pencemaran pada bahan pangan dan lingkungan hidup karena residu yang
ditinggalkannya. Secara langsung maupun tidak langsung pestisida dapat
mencemari karena terhisap melalui pernafasan atau tercerna bersama makanan dan
air minum. Pencemaran terhadap air dapat terjadi karena sisa pestisida atau penyemprotan
rawa-rawa atau sawah.
Gejala permulaan penderita nampak
gelisah, sakit kepala, rasa lelah, kedutan otot dan kejang. Lebih lanjut dapat
mengganggu sistem kerja otak karena bersifat neurotoksik.