Oleh :
ANANG BUDI PARSETYO,SP
BPP KECAMATAN GADING
KABUPATEN
PROBOLINGGO
Tanaman merupakan gudang bahan kimia
yang kaya akan kandungan berbagai jenis bahan aktif. Di dalam tanaman mungkin
terkandung puluhan atau ratusan, bahkan ribuan jenis bahan kimia, sehingga
sangat sulit untuk menentukan jenis dan fungsi atau manfaat setiap jenis
kandungan bahan aktif tersebut. Dikenal suatu kelompok bahan aktif yang disebut
“Produk metabolit sekunder” (Secondary metabolic products), dimana
fungsinya bagi tumbuhan tersebut dalam proses metabolismenya kurang jelas.
Namun kelompok ini dikenal berperan dalam hal berinteraksi atau berkompetisi,
termasuk menjadi bahan untuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya
(Kardinan, 2002).
Kandungan bahan aktif
insektisida biji mimba lebih banyak dibandingkan daun. Biji mimba mengandung
beberapa komponen aktif pestisida antara lain azadirachtin, salannin,
azadiradion, salannol, salanolacetate, 3-deacetyl salannin,
14-epoxyazadiradion, gedunin, nimbenin, dan deacetyl nimbinen (Jones et al.,
dalam Schmutterer, 1990). Dari beberapa komponen aktif tersebut ada empat
senyawa yang diketahui sebagai pestisida yaitu azadirachtin, salannin,
nimbinen, dan meliantriol. Komponen lainnya belum diketahui secara pasti
(Anon., 1992).
Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari
produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang
pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan).
Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin
dan nimbidin (Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri terdiri dari
sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab
sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak
membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan,
pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Senrayan, 1997)
Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker
atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang
berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada
proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva,
atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya
kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu, 1988).
Salanin berperan sebagai penurun nafsu
makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun,
walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan
pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah
disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5
hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah
sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).
Meliantriol berperan sebagai penghalau
(repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut.
Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di
Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman,
yaitu mimba (Sudarmadji, 1999). Mimbapun dapat merubah tingkah laku serangga,
khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol
dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (informasi
lisan Prof. K. Untung).
Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti
mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat
untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak
terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat
sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada
manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).
Selain mengandung bahan-bahan
tersebut di atas, di dalam tanaman mimba masih terdapat berpuluh, bahkan
beratus jenis bahan aktif yang merupakan produksi metabolit sekunder yang belum
teridentifikasi dan belum diketahui manfaatnya. Oleh karena itu,penelitian
mengenai penggalian potensi mimba masih banyak diperlukan.