USAHA TERNAK DOMBA
1. SEJARAH
SINGKAT
Domba yang kita kenal sekarang merupakan
hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar,
yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil,
Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal
dari Asia.
2. SENTRA
PERIKANAN
Di Indonesia sentra peternakan domba
berada di daerah Aceh dan Sumatra Utara. Di Aceh pada tahun 1993 tercatat
sekitar 106 ribu ekor domba, sementara di Sumatera Utara sekitar 95 ribu ekor
domba yang diternakan. Lahan yang digunakan untuk berternak di daerah Aceh
berdasarkan data Puslit Tanah dan Agroklimat Deptan tahun 1979, seluas 5,5 juta
hektar mulai dari kemampuan kelas I sampai VIII, sedangkan di Sumatera Utara
luas lahan yang digunakan sekitar 7 juta hektar.
3. JENIS
Domba seperti halnya kambing, kerbau dan
sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang
tersebar diseluruh dunia, seperti: Domba Kampung adalah domba yang berasal
dari Indonesia Domba Priangan berasal
dari Indonesia dan banyak terdapat di
daerah Jawa Barat. Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia
bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok. Domba Garut adalah domba
hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk
dari Afrika Selatan.
Di Indonesia, khususnya di Jawa, ada 2
bangsa domba yang terkenal, yakni domba ekor gemuk yang banyak terdapat di
daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur dan domba ekor tipis yang banyak terdapat di
Jawa Barat
4. MANFAAT
Daging domba merupakan sumber protein dan
lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat, susu domba merupakan minuman yang
bergizi. Manfaat lain dari berternak domba adalah bulunya dapat digunakan
sebagai industri tekstil.
5. PERSYARATAN
LOKASI
Lokasi untuk peternakan domba sebaiknya
berada di areal yang cukup luas, udaranya segar dan keadaan sekelilingnya
tenang, dekat dengan sumber pakan ternak, memiliki sumber air, jauh dari daerah
pemukiman dan sumber air penduduk (minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat
pemasaran dan pakan ternak.
6. PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA
a. Penyiapan
Sarana dan Peralatan Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai
dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh
sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi
dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari
bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya
dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai fungsinya,
yaitu: Kandang induk/utama, tempat domba
digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan
luas kandang 1 x 1 m. Kandang induk dan anaknya, tempat induk yang sedang
menyusui anaknya selama 3 bulan. Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m
dan anak domba memerlukan luas 0,75 x 1 m. Kandang pejantan, tempat domba
jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x 1,5 m/pemancak. Di dalam
kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung makanan dan minuman,
gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang dibersihkan) dan
tempat kotoran/kompos.Tipe dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan
dalam 2 tipe, yaitu:
1) Tipe kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang
bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah
daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran.
Alas kandang terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari
tanah dibuat minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus
dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
2) Tipe kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan
untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas
kayu, tetapi ternak beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang
tidak dilengkapi dengan palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan
diatas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang
banyak. Kotoran akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
b. Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang sehat
dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang
persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan
persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba
tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat
yang baik. Pemilihan Bibit dan Calon
Induk Calon Induk: berumur 1,5-2 tahun,
tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil hingga sedang, bulu halus,
roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan ekor normal. Calon Pejantan:
berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan keturunan dari
induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada kaki besar dan
mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat bereaksi, mempunyai
gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat pertumbuhan relatif cepat.
c. Reproduksi dan Perkawinan
Hal yang harus di ketahui oleh para
peternak dalam pengelolaan reproduksi adalah pengaturan perkawinan yang
terencana dan tepat waktu. Dewasa
Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan
siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur
6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina. Dewasa tubuh, yaitu masa
domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini dicapai pada umur 10-12
bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan akan berhasil apabila
domba betina dalam keadaan birahi. Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah 150
hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan diberi
alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung goni/jerami
kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan pada bekas
potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat diketahui melalui
perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut: Keadaan perut menurun dan pinggul mengendur.
Buah susu membesar dan puting susu terisi
penuh. Alat kelamin membengkak, berwarna
kemerah-merahan dan lembab. Ternak selalu
gelisah dan nafsu makan berkurang.
Sering kencing.Proses kelahiran berlangsung 15-30 menit, jika 45 menit setelah
ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran perlu dibantu. Anak domba yang
baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap kering agar dapat bernafas.
Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga kering dan bersih.
d. Pemeliharaan Sanitasi dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan
membersihkan kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang
terutama tempat pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari.
Perlu dilakukan pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak
dibersihkan seminggu sekali.
e. Pengontrolan Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera
diobati dan dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan
vaksinasi pada domba-domba yang sehat.
f.
Perawatan Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan
teratur, ruang gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang
baru melahirkan diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan
makanan penguat lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba
(Cempe) yang baru dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi.
Cempe yang disapih perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas dalam bentuk
bubur tidak lebih dari 0,20 kg satu kali
sehari.
Perawatan ternak dewasa meliputi:
Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali. dengan cara
disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah sinar matahari
pagi.
g. Mencukur
Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini. dilakukan minimal
6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira 0,5 cm.
Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat dijadikan bahan
tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat dicukur.
Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan punggung domba.
h. Merawat
dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok, pahat kayu,
pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
i.
Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan oleh
ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba
pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut: Golongan Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan rumput alam.
Golongan Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah,
daun kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan siratro. Hasil Limbah
Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun kembang sepatu,
daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat dan daun
beringin. Golongan Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing,
garam dapur, bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas
kecap dan biji kapas.Pakan untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di
atas yang disesuaikan dengan tingkatan umur.
Adapun proporsi dari campuran tersebut
adalah:
Ternak dewasa: rumput 75%, daun 25% Induk
bunting: rumput 60%, daun 40%,
konsentrat 2-3 gelas Induk
menyusui: rumput 50%, daun 50% dan
konsentrat 2-3 gelas Anak sebelum disapih: rumput 50%, daun 50% Anak
lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan
konsentrat 0,5–1 gelas
Sedangkan dosis pemberian ransum untuk
pertumbuhan domba adalah sebagai berikut:
Bobot badan 1,4 kg:
rumput/hijauan=180 kg/hari,
pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 1,4 kg: rumput/hijauan=340 kg/hari,
pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 1,4 kg:
rumput/hijauan=410 kg/hari,
pertambahan bobot=150 gram/hari
Bobot badan 2,9 kg:
rumput/hijauan=110 kg/hari,
pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 2,9 kg:
rumput/hijauan=280 kg/hari,
pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 2,9 kg: rumput/hijauan=440 kg/hari,
pertambahan bobot=150 gram/hari
Bobot badan 4,3 kg:konsentrat=160gram/hari,
pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=320
gram/hari,
pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 4,3 kg: konsentrat=470 gram/hari,
Pertambahan bobot=150 gram/hari
Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=100
gram/hari,
pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=260
gram/hari,
Pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 5,8 kg: konsentrat=410
gram/hari,
pertambahan bobot=150 gram/hari
Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=60
gram/hari,
pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=180
gram/hari,
pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 7,2 kg: konsentrat=340
gram/hari,
pertambahan bobot=150 gram/hari
Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=50
gram/hari,
Pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=110
gram/hari,
pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 8,7 kg: konsentrat=260
gram/hari,
pertambahan bobot=150 gram/hari
Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=40
gram/hari,
pertambahan bobot=50 gram/hari
Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=280 gram/hari,
pertambahan bobot=100 gram/hari
Bobot badan 10,1 kg: konsentrat=440 gram/hari,
pertambahan bobot=150 gram/hari
j. Pemberian
Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setiap
enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat kedalam
tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila telah
berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang biasa
diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax, vaksin
AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
k. Pemeliharaan
Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi pembersihan
kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke tempat
penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan pengapuran
kandang untuk disinfektan.
7. HAMA
DAN PENYAKIT
a. Penyakit
Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli yang
menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa yang
diberikan lewat mulut.
b. Penyakit
Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang tidak
steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus,
Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang
biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan
apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa
dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
c. Penyakit
Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia sampai 3
bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya karena
tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau
pinicillin.
d. Penyakit
Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium
(Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala:
domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai
keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos
calcicus dan Magnesium.
e. Penyakit
Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada semua
usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia.
Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang
hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan
cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan
antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat
tubuh domba tertular.
f.
Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat menyebabkan
kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian mulut dan
kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala: mulut melepuh
diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh pada mulut
dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku dilakukan
dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
g. Penyakit
Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella multocida.
Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada bagian
leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba yang
terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga, keluar
lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika lewat air
minum atau suntikan.
h. Penyakit
perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang tidak
teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung domba
membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian makan
yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba
bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
i.
Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang penyakit
ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing Neoascaris
vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing lambung), cacing
Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil atau Valbazen
yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing seperti Piperazin
dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
j.
Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang menyerang
kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba merosot,
kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab: parasit
berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan Chorioptes
bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan senang
menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung, kaki
dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10% pada
luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
k. Penyakit
Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada ternak
domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox virus
dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di sekitar
mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui terlihat radang
kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium tinctur pada luka.
l.
Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada domba
dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar. Penyebab:
ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan. Gejala: ambing
domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu tubuh tinggi,
nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang. Pengendalian: pemberian
obat-obatan antibiotika melalui air minum
Secara umum pengendalian dan pencegahan
penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas
kandang. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin. Memberikan
nutrisi dan makanan penguat yang
mengandung mineral, kalsium dan mangannya. Memberikan makanan sesuai
jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan
lebih dahulu sebelum diberikan. Menghindari pemberian makanan kasar atau
hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci
dulu. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu. Tatalaksana kandang diatur
dengan baik. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
8. PANEN HASIL UTAMA
Hasil utama dari budidaya domba adalah
karkas (daging) Hasil Tambahan Hasil tambahan dari budidaya domba adalah
bulunya (wool) yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
Pembersihan Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki domba
dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan tidak tercemar
oleh bakteri dan kotoran.
9. PASCAPANEN
Ada beberapa prinsip teknis yang harus
diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang baik,
yaitu: Ternak domba harus diistirahatkan
sebelum pemotongan Ternak domba harus
bersih, bebas dari tanah dan
kotoran lain yang dapat mencemari
daging. Pemotongan ternak harus dilakukan secepat mungkin, dan rasa sakit yang
diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan darah harus keluar secara
tuntas. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan
jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
a.
Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah
disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar
kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau
kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat
dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling
baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45
derajat.
b.
Pengeluaran Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut
(visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara
menyayat karkas (daging) pada bagian perut domba.
c.
Pemotongan Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu
karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong
menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung.
Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon.
Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat
menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas
dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran
jeroan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bambang
agus murtidjo. 1993. Memelihara Domba,
Penerbit Kanisius,
Yogyakarta. Bambang Cahyono. 1998. Beternak Domba dan Kambing, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2.
Bambang
Sugeng. 1990. Beternak Domba. Penebar
Swadaya, Jakarta, Joko santoso dkk. 1991. Pengembangan Ternak Potong di
Pedesaan (Prosiding), Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto. Warta pertanian
No. 125/Th.X/1993, Peternakan, Jakarta,
1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.