PEMBENIHAN TANAMAN SALAK
(Salacca edulis)
OLEH :
ANANG BUDI PRASETYO,SP
PPL BPP KECAMATAN TIRIS
KABUPATEN PROBOLINGGO
I.
PENDAHULUAN
Tanaman salak
merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek
baik untuk diusahakan. Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa tanaman salak
(Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji
salak dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan
sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.
Buah salak hanya
dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak
dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat digunakan untuk
bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah
segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas
(petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk
dibuat manisan.
Tanaman salak banyak
terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur,
Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, NTB dan
Kalimantan Barat.
Tanaman salak
menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.Derajat keasaman tanah (pH) yang
cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5. Kebun salak tidak tahan dengan
genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi. Salak akan
tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400
mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam
bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang
tinggi.
II. JENIS PEPAYA
Di dunia ini dikenal
salak liar, seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S. magnifera JP
Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak
liar itu, masih dikenal salak liar lainnya seperti Salacca rumphili Wallich
ex. Blume yang juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut
rakum/kumbar (populer di Thailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan.
Kumbar ini tidak berduri, bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk
famili: Palmae (palem-paleman), monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat
utama kuat seperti pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh bagian daunnya
berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih,
akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak
sebanding dengan batangnya yang kecil).
Banyak varietas salak
yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas
unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak
pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya
jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak
Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir, salak Bali Slacca
amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang
Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu
mempunyai nilai komersial yang tinggi.
III.
PEMBENIHAN
Salah satu faktor
yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak adalah penggunaan benih
unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman tahunan, karena itu
kesalahan dalam pemakaian benih akan berakibat buruk dalam pengusahaannya,
walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil
yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena
adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu
dilakukan cara pembenihan salak yang baik. Pembenihan salak dapat berasal dari
biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).
Pembenihan secara
generatif adalah pembenihan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh dari
pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah
sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan
terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang
menguntungkan.
Keuntungan
perbanyakan benih secara generatif:
a) dapat dikerjakan dengan mudah dan murah
b) diperoleh benih yang banyak
c) tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan
hidup lebih lama
d) untuk transportasi biji dan penyimpanan benih
lebih mudah
e) tanaman yang
dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan rebah dan kekeringan
f) memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam
bentuk persilangan.
Kekurangan perbanyakan secara generatif:
a)
kualitas
buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk karena mungkin
terjadi penyerbukan silang
b) agak sulit diketahui
apakah benih yang dihasilkan jantan atau betina.
1. Persyaratan Benih
Untuk
mendapatkan benih yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yang
akan
dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :
a) Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi
syarat.
b) Buah yang akan diambil bijinya harus di
petik pada waktu cukup umur.
c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.
d) Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.
e) Biji sehat tidak terserang hama dan
penyakit.
f) Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran
lain.
2. Penyiapan Benih
a)
Benih dari Biji:
1.
Biji salak dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat.
2.
Rendam dalam air bersih selama 24 jam, kemudian dicuci.
b)
Benih dari Anakan:
1.
Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik
2. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi
dengan media tanah
3. Teknik Penyemaian Benih
a.
Benih dari Biji:
1. Biji salak yang
telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong plastic yang sudah
dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di tempat teduh dan lembab
sampai kecambah berumur 20-30 hari
2. Satu bulan
kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5 gram, tiap 2-3 minggu
sekali
3. Agar kelembabannya
terjaga, lakukan penyiraman setiap hari
b. Benih dari Anakan dengan pesemaian bak kayu:
1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar
dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan
2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal
15-20 cm
3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm
4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan
menghadap ke Timur
5. Benih direndam
dalam larutan hormon seperti Atonik selama 1 jam, konsentrasi larutan 0,01-0,02
cc/liter air
6. Tanam biji pada bak pesemaian dengan jarak 10 x
10 cm
7. Arah biji
dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata tunas berada dibawah.
4. Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian
Untuk pembenihan dari biji, media pembenihan
adalah polybag dengan ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1. Setelah benih atau kecambah berumur 20-30 hari
baru benih dipindahkan ke polibag.
Pembenihan dengan sistem anakan, bambu
diletakkan tepat di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1
bulan akar telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam
dalam polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok
teh.
5. Pemindahan Benih
Untuk benih dari biji, setelah benih salak
berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari
anakan, setelah 6 bulan benih baru bias dipindahkan ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Balai Informasi Pertanian. (1992). Budidaya
Tanaman Salak. LIPTAN Lembar Informasi Pertanian. Palangkaraya-Kalimantan
Tengah. Nopember.
2) Balai Informasi Pertanian (1994-1995). Pembenihan
Tanaman Salak. LIPTAN. Lembar Informasi Pertanian. Sumatera Barat.
3) Departemen Pertanian. (1995). Salak Pondoh.
Proyek Informasi Pertanian. Daerah Istimewa Yogyakarta.
4) Sunarjono, Hendro. (1998). Prospek Berkebun
Buah. Jakarta, Penebar Swadaya.
5) Tim
Penulis Penebar Swadaya. (1998). 18 Varietas Salak: Budidaya, Prospek Bisnis,
Pemasaran. Jakarta, Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.