PESTISIDA
By: Anang Budi Prasetyo,SP
1. Pengertian Pestisida
Pestisida adalah
bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi
organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest (“hama”) yang diberi
akhiran -cide (“pembasmi”). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga,
tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.
Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa sehari-hari,
pestisida seringkali disebut sebagai “racun”.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta
jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang
dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan
virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis),
siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Undang – Undang tentang Pestisida
Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber
kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat
digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida diatur
dengan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973. Dalam peraturan tersebut antara
lain ditentukan bahwa:
1.
Tiap
pestisida harus didaftarkan kepada Menteri Pertanian melalui Komisi
Pestisida untuk dimintakan izin penggunaannya.
2.
Hanya
pestisida yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri
Pertanian boleh disimpan, diedarkan dan digunakan.
3.
Pestisida
yang penggunaannya terdaftar dan atau diizinkan oleh Menteri Pertanian hanya
boleh disimpan, diedarkan dan digunakan menurut ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan dalam izin pestisida itu.
4.
Tiap
pestisida harus diberi label dalam bahasa Indonesia yang berisi
keterangan-keterangan yang dimaksud dalam surat Keputusan Menteri Pertanian No.
429/ Kpts/Mm/1/1973 dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam
pendaftaran dan izin masing-masing pestisida.
Dalam peraturan pemerintah tersebut yang disebut
sebagai pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang dipergunakan untuk:
·
Memberantas
atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau
hasil pertanian.
·
Memberantas
gulma.
·
Mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan.
·
Mengatur
atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman, kecuali yang tergolong
pupuk.
·
Memberantas
atau mencegah hama luar pada ternak dan hewan piaraan.
·
Memberantas
atau mencegah hama air.
·
Memberantas
atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga
·
Memberantas
atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau
binatang yang dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas maka suatu
bahan akan termasuk dalam pengertian pestisida apabila bahan tersebut dibuat,
diedarkan atau disimpan untuk maksud penggunaan seperti tersebut di atas.
Sedangkan menurut The United States Federal
Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah semua zat atau campuran
zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga, binatang
pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap
hama kecuali virus, bakteria atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan
binatang lainnya. Atau semua zat atau campuran zat yang digunakan sebagai
pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.
2
Jenis-Jenis Pestisida
A. Berdasarkan
Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis yaitu :
- Insektisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas
serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan
untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk,
kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil
dimetil fosfat, diazinon,dll.
Jenis-jenis
Insektisida Hidup :
Upaya pengendalian vektor untuk memutus siklus hidup
nyamuk, sehingga mengurangi kontak antara manusia dengan vektor. Hanya,
berbagai upaya tersebut perlu diikuti dengan cara-cara yang ramah lingkungan.
Seperti telah dikemukakan salah satu cara yang lebih ramah lingkungan adalah
memanfaatkan tanaman antinyamuk (insektisida hidup pengusir nyamuk). Tanaman
hidup pengusir nyamuk adalah jenis tanaman yang dalam kondisi hidup mampu
menghalau nyamuk. Artinya tanaman ini tidak perlu diolah terlebih dulu.
Kemampuan jenis tanaman ini sebagai pengusir nyamuk
bisa dianggap istimewa. Penyebabnya adalah bau menyengat yang keluar dari
tanaman ini. Bau menyengat inilah yang diduga tidak disukai serangga.
Penggunaan tanaman ini cukup mudah, yaitu cukup diletakkan di dalam ruangan
atau ditanam di pekarangan rumah.
Adapun bahan-bahan insektisida alami itu adalah
sebagai berikut: Tembakau, Kenikir, Pandan, Kemangi, Cabe Rawit, Kunyit ,
Bawang Putih, Gadung , Sereh dan masih banyak lagi yang dapat di pakai sebagai
bahan-bahan pembuat insektisida alami . Bila melihat bahan-bahan tersebut ,
semua ada di lingkungan kita, mudah di dapat dan murah, yang pasti juga aman
karena tidak beracun.
·
Fungisida
adalah pestisida untuk memberantas/mencegah
pertumbuhan jamur/ cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan
cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim,
organomerkuri, dan natrium dikromat.
·
Bakterisida
adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus.
Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh
virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang
suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada
tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
- Rodentisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan
yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus
hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya
: Warangan.
·
Nematisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama
tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar
dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada.
Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum
musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas
serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
·
Herbisida
Adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman
pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh
ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.
Herbisida (dari
bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan
pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan
penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua
jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di
lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan
cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini
tidak diinginkan keberadaannya.
Dua tipe
herbisida menurut aplikasinya
Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida
pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh
(postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah
diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar).
Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua
tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun
pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu
tumbuhan pokoknya.
Cara kerja
herbisida
Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu
proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino
melalui kompetisi dengan senyawa yang “normal” dalam proses tersebut. Herbisida
menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat
yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan
mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan.
Contoh:
·
glifosat
(dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi
dengan fosfoenol piruvat
·
fosfinositrin
mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim
glutamin sintase.
Rekayasa
genetika dan herbisida
Sejumlah produsen herbisida mendanai pembuatan tanaman
transgenik yang tahan terhadap herbisida. Dengan demikian penggunaan herbisida
dapat diperluas pada tanaman produksi tersebut. Usaha ini dapat menekan biaya
produksi dalam pertanian berskala besar dengan mekanisasi. Contoh tanaman tahan
herbisida yang telah dikembangkan adalah raps (kanola), jagung, kapas, padi,
kentang, kedelai, dan bit gula.
B. Berdasarkan
bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
Ø
Pestisida organik (Organic pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik
yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal
dari pohon mimba (neem).
a. Fungsi dari Pestisida
Organik :
Pestisida Organik memiliki
beberapa fungsi, antara lain:
1. Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga.
Misal: dengan bau yang menyengat
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman
yang telah disemprot.
3. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
4. Menghambat reproduksi serangga betina
5. Racun syaraf
6. Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh
serangga
7. Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat
dipakai pada perangkap serangga
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri.
b. Bahan dan Cara Umum
Pengolahan Pestisida Organik
Bahan mentah berbentuk
tepung (nimbi, kunyit, dll)
·
Ekstrak
tanaman/resin dengan mengambil cairan metabolit sekunder dari bagian tanaman
tertentu
·
Bagian
tanaman dibakar untuk diambil abunya dan dipakai sebagai insektisida (serai,
tembelekan/Lantana camara)
·
Pestisida
elemen (Elemental pesticide) pestisida
yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur.
·
Pestisida
kimia/sintetis (Syntetic pesticide) pestisida
yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
C. Berdasarkan
cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
- Pestisida sistemik
(Systemic Pesticide)
Adalah pestisida yang diserap dan dialirkan keseluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama.
Contoh : Neem oil. - Pestisida kontak
langsung (Contact pesticide) :
adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini.
D. Berdasarkan
nama dan asal katanya,
Pestisida dapat digolongkan menjadi
bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya. Penggolongan
tersebut disajikan sbb.:
* Akarisida, berasal dari
kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering
juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
* Algisida, berasal dari kata
alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan
alge.
* Avisida, berasal dari kata
avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau
zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.
* Bakterisida, berasal dari
kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri.
* Fungisida, berasal dari
kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk
membunuh jamur atau cendawan.
* Herbisida, berasal dari
kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma
(tumbuhan pengganggu).
* Insektisida, berasal dari
kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi
untuk membunuh serangga.
* Larvisida, berasal dari
kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.
* Molluksisida, berasal dari
kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk
membunuh siput.
* Nematisida, berasal dari
kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi
untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
* Ovisida, berasal dari kata
latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.
* Pedukulisida, berasal dari
kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
* Piscisida, berasal dari
kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan.
* Rodentisida, berasal dari
kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang
pengerat, seperti tikus.
* Predisida, berasal dari
kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa
(predator).
* Silvisida,
berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh
pohon.
* Termisida, berasal dari
kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk
membunuh rayap.
Berikut
ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak
menggunakan akhiran sida:
* Atraktan, zat kimia yang
baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan
sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.
* Kemosterilan, zat yang
berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.
* Defoliant, zat yang
dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada
tanaman kapas dan kedelai.
* Desiccant. zat yang
digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.
* Disinfektan, zat yang
digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.
* Zat pengatur tumbuh. Zat
yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.
* Repellent, zat yang
berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya.
Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.
* Sterilan tanah, zat yang
berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.
* Pengawet kayu, biasanya
digunakan pentaclilorophenol (PCP).
* Stiker, zat yang berguna
sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.
* Surfaktan dan agen
penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.
* Inhibitor, zat untuk
menekan pertumbuhan batang dan tunas.
* Stimulan tanaman, zat yang
berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah.
1)
Formulasi
Pestisida
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih
dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan
dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh
formulator baru diberi nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang
sering dijumpai:
1.
Cairan
emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi
pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable
solution), WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya
persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti
pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri
dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida
golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat
dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
2.
Butiran
(granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang
pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam
untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya
terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen,
dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila
dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama
dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3.
Debu
(dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya
terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian
pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien.
Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini
diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).
4.
Tepung
(powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya
terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek
(biasanya 50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di
belakang nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water
soluble powder).
5.
Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan
singkatan SCO (solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan
minyak seperti xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti
penyemprotan ULV (ultra low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini
sering digunakan pada tanaman kapas.
6.
Fumigansia
(fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan
uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di
gudang penyimpanan.
2)
Cara
Penggunaan Pestisida
Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah
satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama.
Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka
menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan
dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan
partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas,
pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan
mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya
daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida,
selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu
tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan.
Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping
berakibat mempercepat timbulnya resistensi.
1.
Dosis
pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau
kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau
tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang
mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan
dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu.
Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk
keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis
pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.
2.
Konsentrasi
pestisida
Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan
dalam hal penggunaan pestisida :
a. Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan
aktif suatu pestisida dalam larutan yang sudah dicampur dengan air.
b. Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya
pestisida dalam cc atau gram setiap liter air.
c. Konsentrasi larutan atau
konsentrasi pestisida, yaitu persentase kandungan pestisida dalam suatu larutan
jadi.
3. Alat semprot
Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas
bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume
larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan
volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume)
biasanya kurang dari 5 liter.
4
Ukuran
droplet
Ada bermacam-macam ukuran droplet:Veri coarse spray
lebih 300 µm, Coarsespray 400-500 µm, Medium spray 250-400 µm, Fine spray
100-250 µm,Mist 50-100 µm, Aerosol 0,1-50 µm,Fog 5-15 µm.
5
Ukuran
partikel
Ada bermacam-macam ukuran partikel:Macrogranules lebih
300 µm, Microgranules 100-300 µm, Coarse dusts 44-100 µm, Fine dusts kurang 44
µm, Smoke 0,001-0,1 µm.
6. Ukuran molekul hanya ada satu macam, yatu kurang
0,001 µm
3) Batas Residu Pestisida
Penggunaan pestisida dalam proses produksi pertanian
dapat mengakibatkan terdapatnya residu pestisida pada hasil pertanian. Residu
itu dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu untuk
mencegah dan melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan terjadinya bahaya
pestisida, maka perlu ditetapkan batas maksimum residu (BMR) pestisida pada
hasil pertanian atau biasa disebut BMR.
Untuk mengikuti perkembangan penggunaan atau aplikasi
pestisida, pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian telah Membentuk
Kelompok Kerja Batas Maksimum Residu Pestisida. Tugas Kelompok Kerja tersebut
adalah:
1) Melakukan evaluasi dan menyusun kembali
ketetapan batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian;
2) Merumuskan standar dan metode kegiatan-kegiatan
penelitian untuk penentuan batas maksimum residu pestisida pada
hasil pertanian;
3) Menyusun usulan tentang mekanisme dan prosedur
penerapan batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian;
4) Melakukan inventarisasi, evaluasi dan
rekomendasi mengenai jaringan nasional lembaga pengujian dan sertifikasi residu
pestisida pada hasil pertanian.
Standar Codex tentang residu pestisida menyatakan
bahwa Batas Maksimum Residu pestisida (BMR) adalah konsentrasi maksimum residu
pestisida (dalam mg/kg), yang direkomendasikan oleh Codex Allimentarius
Commission untuk diijinkan terdapat pada komoditi pertanian termasuk pakan
ternak. Dalam penetapan BMR harus didukung dengan data yang berdasarkan
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan/ Scientific evidence dan
mengutamakan keamanan dan kesehatan pada manusia. BMR ditetapkan melalui Joint FAO/WHO
Meeting on Pesticide Residues (JMPR) yang bersidang setiap dua tahunnya untuk
menentukan level residu yang dapat ditoleransi toxisitasnya.
Menurut JMPR maka Batas Maksimum Residu pestisida
diestimasikan berdasarkan asesmen (kemungkinan) resiko residu pestisida seperti
: pertama, asesmen toksikologik terhadap pestisida dan residu pestisida dalam
pangan yang berasal dari komoditas pertanian dengan tujuan menetapkan BMR yang
dapat diterima secara toksikologik, baik toksisitas kronik (asupan per hari yang
dapat diterima/ ADI dan akut ( dosis referensi/ RfD)
Kedua, asessmen paparan residu pestisida di lahan
produksi komoditas pertanian melalui review data residu pestisida yang berasal
dari data percobaan residu. Ketiga, pestisida tersupervisi (supervised pesticide
residue trial) dengan cara aplikasi pestisida menurut panduan nasional cara
berbudidaya yang baik dan benar/Good Agricultural Practices agar dapat
merefleksikan praktek penggunaan pestisida secara nasional.
Data yang direview termasuk data percobaan residu pestisida tersupervisi dengan dosis aplikasi tertinggi yang direkomendasikan secara nasional. Di samping tingkat residu pestisida terestimasi dari berbagai bahan pangan penyusun pola diet pada tingkat internasional dibandingkan terhadap asupan per hari yang dapat diterima (ADI) atau dosis referensi (RfD). Sehingga BMR ditetapkan apabila perbandingan antara rekomendasi nasional dengan ADI/ RfD menunjukkan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
Data yang direview termasuk data percobaan residu pestisida tersupervisi dengan dosis aplikasi tertinggi yang direkomendasikan secara nasional. Di samping tingkat residu pestisida terestimasi dari berbagai bahan pangan penyusun pola diet pada tingkat internasional dibandingkan terhadap asupan per hari yang dapat diterima (ADI) atau dosis referensi (RfD). Sehingga BMR ditetapkan apabila perbandingan antara rekomendasi nasional dengan ADI/ RfD menunjukkan aman untuk dikonsumsi masyarakat.
4)
Efek
Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif,
baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak
negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih
jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat
penggunaan pestisida diantaranya :
1. Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida
yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida
yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk
manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah
tercemar pestisida. Bila seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan
yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang
lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat
beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan. Dan
kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
2..Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran
air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida
yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang.
Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton.
Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh
ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh
burung-burung atau manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah
turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika
sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut
banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya
dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus
tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung
itu akan punah.
3. Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang
tahan terhadap takaran pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila
takaran pestisida diperbesar jumlahnya. Akibatnya, jelas akan mempercepat dan
memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada mahluk hidup dan lingkungan
kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku utamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.