DERAJAT KEMASAMAN TANAH ( PH )
Oleh : Anang Budi Prasetyo,SP
BPK Kecamatan Tiris Probolinggo
Derajat Keasaman Tanah (pH tanah) merupakan faktor teknis yang jarang
diperhatikan terutama oleh petani-petani yang masih mengembangkan pola budidaya
secara tradisional. pH tanah bukan merupakan tingkat kesuburan jika dilihat
dari kandungan unsur-unsur kimia dalam tanah, tetapi lebih mendefinisikan pada
kondisi keterikatan antar unsur atau senyawa yang terdapat di dalam tanah.
Nilai ph yang ideal akan mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh akar
tanaman.
DERAJAT
KEASAMAN TANAH
Kunci
Kesuburan Tanah
Tanah
merupakan media tumbuh alami yang menyediakan makanan (unsur hara) bagi
kelangsungan hidup tumbuh-tumbuhan (tanaman). Agar tanaman mampu berproduksi
optimal berkesinambungan, kualitas tanah harus tetap dipertahankan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengolahan tanah dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanah, berakibat menurunkan produktifitas tanaman. Produktifitas tanah dalam
menghasilkan produk pertanian sangat tergantung pada kemampuan suatu tanah
dalam menyediakan unsur hara yang berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Tingkat kesuburan tanaman pada masing-masing tempat tidak sama. Pada tanah asam serta miskin unsur hara, pertumbuhan tanaman akan terganggu sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan, apalagi jika ketersediaan air tidak terpenuhi dengan baik. Tanah asam merupakan jenis tanah dengan nilai pH rendah. Terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat tanah asam pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai reaksi tanah pada pH rendah tersebut dan dapat merupakan kombinasi dari keracunan aluminium (Al), mangan (Mn), keracunan besi (Fe), serta defisiensi (kahat) unsur P (fosfor), Ca (kalsium), Mg (magnesuim), dan kahat K (kalium). Akan tetapi, faktor yang paling dominan penyebab buruknya pertumbuhan tanaman adalah keracunan Al dan kekurangan unsur P (kahat fosfor).
Disamping terhambatnya pertumbuhan tanaman akibat keracunan Al dan kahat unsur hara tersebut, hambatan faktor fisik juga menjadi penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman pada tanah asam. Hambatan faktor fisik yang utama meliputi tekstur tanah kasar akibat erosi, kapasitas memegang air yang sangat rendah, serta adanya lapisan yang padat pada tanah sehingga sukar ditembus akar. Hambatan faktor fisik ini tidak kalah penting dengan hambatan faktor kimia dan bahkan lebih sulit penanganannya.
Secara umum para ahli mengemukakan bahwa masalah tanah asam dapat diatasi dengan teknologi pengapuran, karena pengapuran dapat menaikkan nilai pH dan mengurangi keracunan Al yang meracuni secara tepat dan akurat. Akan tetapi pengapuran saja tidaklah cukup karena defisiensi (kahat) unsur hara perlu diatasi dengan cara pemupukan, sedangkan masalah daya ikat air yang rendah perlu diatasi dengan penambahan bahan organik pada tanah.
Pada prakteknya di lapangan, pemupukan menggunakan pupuk kandungan nitrogen (N) dan fosfor (P) tinggi ternyata dapat menurunkan nilai pH sehingga tanah menjadi asam. Oleh karena itu, penggunaan pupuk kandungan N dan P tinggi harus diimbangi dengan pengapuran yang tepat.
Penggunaan bahan organik yang belum selesai melapuk juga dapat menurunkan derajat keasamannya meskipun hanya sementara. Jika pelapukan telah selesai, nilai pH akan meningkat kembali. Untuk itu, penggunaan bahan organik sebaiknya setelah melapuk karena dapat meningkatkan nilai pH. Jika menggunakan bahan organik segar, sebaiknya diberi masa inkubasi yang cukup dengan tanah, berkisar antara 4-6 minggu untuk menghindari reaksi memasamkan tanah. Di daerah pegunungan dengan suhu rendah, pemberian bahan organik segar terkadang malah diperlukan untuk meningkatkan suhu tanah.
Nilai pH
Tanah
Nilai pH merupakan ciri kimia tanah,
menjadi faktor sangat penting dalam menentukan kesuburan tanah karena
ketersediaan unsur hara bagi tanaman sangat berkaitan dengan nilai pH. Semakin
tinggi nilainya berarti semakin asam tanah tersebut. Populasi dan kegiatan
mikroorganisme di dalam tanah juga sangat dipengaruhi oleh tingkat keasaman
tanah. Pengukuran nilai pH dapat dengan berbagai cara, yaitu menggunakan kertas
lakmus, pH meter dan pH tester.
Pada tanah asam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe, dan Mn. Ion-ion ini akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor), K ( kalium), S (sulfur), Mg (magnesium) dan Mo (molibdenum) sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat keasaman tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni tanaman. Pada tanah asam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn), tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman. pH netral bernilai 7, pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Pada tanah basa dengan nilai derajat keasaman (pH) >7 unsur P (fosfor) akan banyak terikat oleh Ca (kalsium), sementara unsur mikro molibdenum (Mo) berada dalam jumlah banyak. Unsur Mo pada tanah basa menyebabkan tanaman keracunan.
Pengukuran
pH Tanah
Pengukuran
nilai pH diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada
tanah masam atau bernilai pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran dapat dilakukan
dengan berberapa cara, yaitu mengunakan kertas lakmus, pH tester dan pH meter.
Pengukuran bisa secara diagonal maupun zigzag asal sudah mewakili. Tentukan
beberapa titik sampel yang akan diukur pH-nya secara acak, setelah itu
dilakukan pengukuran lalu dihitung rata-ratanya.
Kertas
Lakmus
Siapkan
wadah berisi air secukupnya, ambil sampel tanah yang akan diukur pH-nya. Kocok
hingga bercampur rata. Ambil lapisan atas campuran tersebut dan pindahkan ke
wadah yang baru. Pengambilan bisa menggunakan pipet tetes atau jarum suntik.
Masukkan kertas lakmus ke dalam wadah terakhir. Kemudian cocokkan warna kertas
lakmus dengan warna standar yang menunjukkan angka keasaman tanah (nilai pH).
Jika kertas lakmus berwarna biru berarti tanah bersifat basa, sedangkan kertas
lakmus berwarna merah berarti tanah bersifat asam.
pH Meter
Tentukan
beberapa titik sampel secara acak, misal 10 atau 20 titik tergantung luas lahan
yang akan diukur. Basahi permukaan tanah yang akan diukur pH-nya sampai jenuh
(kapasitas lapang). Tancapkan pH meter, tunggu beberapa saat. Jarum akan
bergerak perlahan sampai akhirnya berhenti (stabil). Angka pada kondisi ini
merupakan nilai pH. Lakukan untuk semua titik sampel, kemudian ambil
rata-ratanya.
pH Tester
Alat pH tester terdiri dari 1 botol
kecil cairan kimia penguji tingkat keasaman, cawan porselen tempat pengujian,
dan kartu pengamatan perbandingan skala pH dengan warna indikator. Cara
menentukan nilai pH menggunaakn pH tester hampir sama dengan menggunakan kertas
lakmus. Hanya saja cairan tanah yang bening dipisahkan dari tanah, kemudian
diteteskan pada cawan porselen. Pada cairan tanah tersebut ditambahkan 2 tetes
cairan kimia dan diaduk rata. Tunggu beberapa saat lalu amati warnanya.
Cocokkan warna yang ditimbulkan dengan kartu pengamatan perbandingan skala pH.
MENETRALKAN
pH TANAH
Derajat keasaman tanah pada kondisi netral mempunyai
banyak keuntungan. Tanaman mampu tumbuh dengan baik sehingga produksinya dapat
optimal. Tanaman mampu menyerap unsur hara dengan baik karena pada kondisi ini
unsur hara mudah larut dalam air terutama sekali unsur makro P (fosfor) tidak
terikat oleh unsur Al, Fe, dan Mn sehingga unsur P (fosfor) pada kondisi
tersedia. Unsur P (fosfor) tersedia ini sangat dibutuhkan tanaman terutama pada
fase pertumbuhan awal. Pembentukan akar menjadi sempurna. Penyerapan unsur K
(kalium) juga sempurna sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama penyakit
dan tahan terhadap kekeringan.
Pada tanah dengan pH rendah (tanah asam) dapat ditingkatkan nilai pH-nya dengan cara pengapuran, sedangkan pada tanah basa (pH tinggi), penetralan pH dapat dilakukan dengan penambahan belerang (S).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.