NEMATODA ENTOMOPATOGEN ( NEP )
I.
PENDAHULUAN
Dengan banyaknya dampak
negatif pemakaian pestisida serta pembatasan pemakaian insektisida sintetik
tertentu sebagai pengendali serangga hama,
maka peluang penggendalian Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT ) secara hayati
akan sangat besar.
Pengendalian
secara hayati dengan pemakaian Nematode Entomopatogen ( NEP ) yang sudah
dilaksanakan secara luas di beberapa Negara di Eropa, Australia, Asia, China,
dan Amerika.Pemakaiannya di Indonesia masih sangat kecil dan terbatas.
Di
Indonesia pemanfaatan agens pengendali secara
hayati dengan NEP untuk mengendalikan serangga hama
baik pada tanaman Perkebunan, Pangan, Rumput lapangan golf serta Hortikultura menggunakan Steinernema
spp dan Heterorhabditis spp sebagai isolat asli Indonesia.
NEP
tersebut memiliki virulensi yang tinggi terhadap inangnya, membunuh inangnya
yang cepat ( 24 – 48 jam ), dapat diproduksi secara missal baik dimedia hidup
maupun media buatan dengan biaya yang relative murah,diaplikasikan dengan mudah
dan kompatibel dengan insektisida yang lain. Dari kenyataan ini maka penelitian
untuk mengendalikan serangga hama
tanaman secara hayati dengan NEP sangatlah diperlukan untuk menunjang program
PHT yang akrab lingkungan.
II.
BIOEKOLOGI
NEMATODA ENTOMOPATOGEN ( NEP )
- Biologi Nematoda Entomopatogen ( NEP )
Nematoda Entomopatogen ( NEP
) merupakan nematode yang bersifat vector dari bakteri yang memarasit serangga
inang dengan penetrasi langsung melalui Kutikula serangga dan lubang lubang
alami seperti Spiracle, mulut, dan anus.
Nematoda
Entomopatogen ( NEP ) masuk ketubuh
serangga dengan menyerang aliran darah (
Hemocoel ) dan masuk kedalam saluran pernapasan ( Vesikel ). Selanjutnya NEP mengeluarkan bakteri simbion yaitu
bakteri yang bersifat Simbiosis mutualisme dan tersimpan di instestinal dan
lumen usus nematode.
Jenis
jenis Nematoda yang Entomopatogen yaitu Steinernema spp bersimbiosis dengan
bakteri Xenorhabditis spp dan Nematoda Heterorhabditis spp
bersimbiosis dengan bakteri Photorhabditis spp. Kedua bakteri
tersebut mampu membunuh serangga hama dengan waktu yang sangat cepat yaitu
sekitar 24 sampai 48 jam karena mengeluarkan racun ( Toksin ). Jenis inang
sasaran pada umumnya Ordo Lepidoptera,
Coleoptera dan Diptera.
Pada
umumnya gejala serangga hama
yang terserang oleh Nematoda Entomopatogen ( NEP ) adalah adanya perubahan
warna, tubuh menjadi lembek, dan bila dibedah konstitusi jaringan menjadi cair
tapi tidak berbau. Perilalu Nematoda Entomopatogen ( NEP ) untuk menemukan
inang bermacam – macam. Nematoda Steinenerma spp berperilaku “ Ambuser “ adalah diam dan menunggu
inang sampai berada didekatnya,kemudian menyerang. Nematoda Heterorhabditis
spp berperilaku “ Hanter “
adalah Nematoda Entomopatogen ( NEP ) adalah Nematoda Entomopatogen yang
mempunyai kemampuan gerakan tinggi dan menyerang.
Pada
kepala ( Anterior ) terdapat Chepalosensor yaitu syaraf syaraf yang mampu
mendektesi secara kimiawi ekskresi
serangga khusus,sehingga dapat menentukan inang spesifik.Chepalosensor dapat
juga mendektesi karbondioksida ( CO2 ) dari respirasi serangga inang spesifik. Dan hal ini berarti
Nematoda Entomopatogen mampu membedakan mana yang inang serangga spesifik dan
musuh alami.
Untuk
membedakan Nematoda Steinenerma spp dan Heterorhabditis spp secara
mikrokopis morfologi dengan pembesaran 400 kali. Dengan cirri cirri nematode
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nematoda
Steinernema spp, :
-
Badan halus
-
Ukuran tubuh > 500 – 900 milimikron
-
Kepala halus tidak bertanduk
-
Ekor tumpul
2. Nematoda
Heterorhabditis spp:
-
Badan bersisik ( Tongkol jagung )
-
Ukuran tubuh < 500 milimikron
-
Kepala kasar,bertanduk dan bergigi kait
-
Ekor lancip
Nematoda Entomopatogen ( NEP ) untuk menyelesaikan satu
siklus hidup / generasi memerlukan waktu 1 minggu dengan perkembangan dari Telur—Juvenil I—Juvenil II—Juvenil III –
Juvenil IV – Juvenil V – Dewasa.
Stadia : -
Telur, Jv I, JvII dan dewasa, ada didalam tubuh inang ( Serangga,Ulat )
-
Jv III,Jv IV, Jv V, keluar dari tubuh inang ketanah
lembab.
-
Jv III, paling efektif untuk membunuh serangga,
sedangkan Jv IV, dan Jv V tidak efektif
-
Jv III disebut Infektif
Juvenil ( I J )
Perbanyakan
Nematoda dapat dilakukan dengan cara “
In Vivo atau Vitro “ sebagai berikut
:
1.
“ IN Vivo “adalah
perbanyakan dengan menggunakan Ulat hongkong (Tenebrio molite ),ulat bambu. Dari satu ulat hongkong
bisa menghasilkan NEP sebanyak 200.000 I J. Dilapang,Untuk Steinernema spp isolate
local konsentrasi 100.000 I J / m2 ( 5 ribu ulat hongkong per Ha ) selama 48
jam mematikan Spodoptera litura 87 % Heliopeltis
hampei 83 % Crocidolomia
sp 77 % dan Plutella xylostella 68 %.
2.
“ In Vitro “ adalah
perbanyakan dengan media spon sebagai mediatornya, spon diisi nutrisi dan
bekteri,atau media buatan Yeast Ekstrak agar yang diinokulasikan bakteri dan
diletakkan segumpal hati atau ginjal pada media tumbuh tersebut.
- Ekologi Nematoda Entomopatogen.
Nematoda hidup dalam tanah yang lembab,basah,daerah
perakaran,vegetasi rimbun,kedalaman 0 – 10 cm dari permukaan tanah. Temperatur
yang sesuai bagi nematode adalah 19 derajat sam pai 29 derajat celsius dan
kelembaban 100 %. Hambatan terjadi di bawah 10 derajat Celsius dan diatas 33
derajat Celsius. Tipe tanah liat menghambat pergerakan nematode,sehingga
penyebaran didalam tanah liat sangat terbatas.
Kelembaban 75 % dan suhu 25 derajat celsiuc dapat
menghambat keluarnya juvenile infektif
NEP dari inang ulat yang terinfeksi.Kelembaban 85 sampai 98 % dan temperature 30
derajat Celsius NEP akan mati setelah 102 jam.
Kebutuhan oksige ( O2 ) NEP tergantung pada temperature yang ada. Nematoda
masih infektif pada temperatur tinggi jika terdapat jumlah oksigen yang banyak
dan mampu bertahan selama 43 hari pada oksigen 0,5 % suhu 20 derajat Celsius.
NEP mempunyai respon positip terhadap Ion Na, Mg, Ca, dan Cl.
Faktor biotis yang menghambat atau musuh Nematoda
ialah Cendawan nematofagus dari beberapa genus Carterbaria, Dactylaria,
Dactitella dan Arthobotrys mengurangi infeksi NEP pada hama uret ( Inang ). Tungau Mesostigmata Gamasellodes vernivorax dan Colembolla Hypogaster scotii dapat memangsa NEP .
- Penggunaan Bioinsektisida Nematoda Entomopatogen dalam program Pengendalian Hama Terpadu ( PHT )
Menurut Didik Sulistyanto ( 2000 ) Penggunaan Nematoda
Entomopatogen dalam Pengendalian Hama Terpadu banyak memiliki banyak
keuntungan,antara lain :
- Nematoda Entomopatogen mudah dikembangkan dalam media buatan ( In Vitro ) dalam skala besar ( 500 – 40.000 liter ).
- Dapat bertahan beberapa bulan bila disimpan pada temperature rendah.
- Memakai alat semprot yang biasa digunakan oleh petani.
- Daya bunuh yang sangat cepat setelah diaplikasikan ( 24 sampai 48 jam ).
Sebagai agens pengendali hayati, NEP harus memenuhi
kondisi lingkungan tertentu antara lain : Menghindari sinar Ultra Violet ( UV )
serta sebelum dan sesudah aplikasi harus disemprot dahulu dengan air untuk
menjaga kelembaban.
Penggunaan NEP dalam PHT dewasa ini menggunakan
beberapa spesies seperti : Steinernema carpocapsae, Steinernema feltiae,
Heterorhabditis bacteriophora, Heterorhabditis megidis dan Heterorhabditis
indicus yang banyak dipasarkan di Amerika, Australia, Eropa,
China dan Asia.
III. PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN NEMATODA
ENTOMOPATOGEN
Pengembangan dan pemanfaatan NEP melaluli tahapan mulai eksplorasi, identifikasi,
perbanyakan missal dan penyimpanan.Hal ini secara rinci dapat dirangkum sebagai
berikut :
A. EKSPLORASI NEMATODA ENTOMOPATOGEN ( NEP )
1.Bahan dan alat :
ØUlat serangga
( Ulat Hongkong dan ulat bambu )
ØGelas plastic
ØKain kasa
ØPenutup
kertas / kain hitam
ØKaret gelang
ØCangkul
ØSekop
2.Cara pelaksanaan Metode Eksplorasi
1.
Pengambilan tanah dengan metode sampling pada 5 titik
secara diagonal yang total banyaknya kurang lebih 2 Kg pada kedalaman 5 sampai
10 cm dari permukaan tanah dengan cangkul atau sekop didaerah yang bervegetasi
rimbun. Kemudian tanah tersebut masukkan kedalam wadah gelas plastic dengan
kondisi lembab kapasitas lapang kurang lebih 1 per 3 ukuran gelas dan simpan
dalam tempat gelap.
2. Kemudian masukkan / benamkan ulat yang dibungkus kain
kasa sebanyak 3 sampai 4 ekor,pada gelas yanf berisi tanah,kemudian diatasnya
diberi tanah lagi kemudian gelas tersebut ditutup dengan kain hitam dan
inkubasi selama 7 hari.
3. Untuk menjaga kelembaban tanah didalam gelas,maka
lakukan penyemprotan dengan air.Setelah 7 hari ulat didalam gelas dibuka kain
kasanya, ulat terinfeksi oleh nematode.Gejalanya mengembung,sedangkan serangga
yang tidak terinfeksi ( Kempes dan hitam ) dibuang. Kemudian serangga yang
terinfeksi dibuat bahan untuk pelaksanaan langkah White Trap.
B. ISOLASI NEP DAN IDENTIFIKASI
Isolasi
NEP dan identifikasi melalui metode White Trap sebagai berikut :
White Trap :
Bahan dan alat :
1.
Petredist besar dan kecil.
2.
Saringan ukuran 30 milimikron dan 15 milimikron
3.
Spet injeksi / pipet
4.
Air steril
5.
Ulat hasil eksplorasi
dan ulat yang masih hidup
6.
Kertas saring
7.
Alkohol 70 %
Cara Pelaksanaan
White Trap ( Isolasi )
1.
Ulat hasil eksplorasi distreril dengan alcohol 70 %
selama 15 menit
2.
Ulat tersebut diletakkan diatas permukaan petridist (
Petri terbalik yang diatas diberi kertas saring lembeb ).
3. Kemudian masukkan kedalam petridist besar berisi aiar
kurang lebih setengah bagian dari tinggi petridist dibiarkan selama 1 sampai 2
minggu.
4.
Untuk menjaga kelembaban ulat dilakukan penyemprotan
dengan air steril.
5. Setelah 1 – 2 minggu air yang didalam petridist besar
disaring dengan kain siklon yang berukuran 30 milimikron dan 15 milimikron.Untuk
memisahkan yang dewasa dan I J III.
6. Nematida I J III melekat disaringan 15 milimikron
disemprot air steril dituangkan pada petridist berair.
7. Nematoda I J III dipetridist berair diambil dengan
pipet atau spet injeksi dimasukkan ke mulut ulat hongkong atau ulat bambu hidup
segar atau disimpan dalam botol berisi alcohol 0,01 % dan tutup ( Tidak Rapat
).selanjutnya disimpan dalam suhu kamar / lemari es( Kulkas ).
C. IDENTIFIKASI NEP ( Steinernema spp dan Heterorhabditis
spp )
Identifikasi NEP dilakukan
dengan metode White Trap, alat alatnya sama dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Hasil White Trap ( Cairan NEP yang didalamnya masih
bercampur Steinernema spp, dan Heterorhabditis spp<.i> ) diambil dengan
jarum suntik dan diinokulasikan ketubuh ulat bambu atau ulat hongkong
2. Ulat bambu
atau ulat hongkong yang sudah terinfeksi dibiarkan selama 24 jam.
3. Setelah
24 jam ulat tersebut mati menunjukkan gejala dan diidentifikasi warna ulat
tersebut.
Ø
Serangan NEP Steinernema
spp, ulat berwarna caramel ( Coklat hitam )
Ø
Serangan NEP Heterorhabditis
spp, ulat berwarna merah tua atau merah
4. Berdasarkan gejala, masing masing ulat yang terinfeksi
dipisahkan antara gejala Steinernema spp
dan Heterorhabditis spp.
5. Ulat bambu atau hongkong berwarna coklat hitam ( berisi
Steinernema spp ), selanjutnya
isolasi seperti langkah White Trap. Demikian juga tempat tersendiri untuk ulat
berwarna merah tua atau merah ( berisi Heterorhabditis
spp ) juga dilaksanakan isolasi White Trap
D. PERBANYAKAN MASSAL NEP DENGAN MEDIA ULAT ( IN
VIVO )
a. Bahan dan Alat :
1.
Ulat bambu
2.
Spet injeksi
3.
Petridist, kertas saring, air.
4.
Saringan 30 milimikron dan 15 milimikron
5. Cairan
NEP dari White Trap yang teridentifikasi Steinernema spp atau Heterorhabditis
spp
b. Cara pelaksanaan:
1. Cairan NEP dari white Trap yang teridentifikasi,diambil
dengan spet injeksi beberapa milimiter.
2.
Kemudian diinjeksikan pada ulat sehat, diinkubasikan
sampai ulat mati
3. Setelah mati diprases dengan metode White Trap, untuk
mendapatkan NEP IJ III memakai saringan 30 milimikron dan 15 milimikron
4.
NEP I J III dalam wadah disimpan dalam suhu ruangan
atau dalam lemari es /Kulkas.
E. TEKNIK PENYIMPANAN
1.
Cairan berisi NEP dari White Trap kemudian disaring
dengan alat saring ukuran 30 milimikron. Hal ini bertujuan untuk memisahkan I J
III dengan yang lain
2.
Hasil saringan tersebut disaring lagi dengan alat saring ukuran 15 milimikron,hal ini
bertujuan untuk memperoleh I J III yang
tertinggal dalam saringan.
3.
I J III yang tertinggal dalam saringan 15 milimikron
dilarutkan dalam aquades atau air steril secukupnya lalu masukkan potongan
potongan spon steril secukupnya.
4.
Untuk menyimpan kemudian masukkan kedalam wadah ( Gelas
Elemeyer ) atau tempat lain yang tertutup dan mudah dibuka.
5.
Kemudian simpan dalam suhu kamar atau dalam lemari es /
kulkas.
F. APLIKASI NEMATODA ENTOMAPATOGEN ( NEP ) DI
LAPANG.
1.
Campur dengan air dalam alat semprot
2.
Aduk secara merata
3.
Semprotkan pada hama
sasaran
4.
Aplikasi dilakukan pada pagi hari dan sore hari
5.
Sebelum dan sesudak aplikasi dengan nematode tanah
dilembabkan
6.
Penyemprotan cukup dilakukan 1 sampai 2 kali per bulan
atau sesuai dengan kebutuhan
7.
Bertahan dalam tanah atau tanaman cukup lama.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengendalian hama atau serangga
dengan penggunaan isolate local dengan menggunakan Nematoda Entomopatogen ( NEP
) masih terdengar baru bagin sebagian petani Indonesia,namun dengan
berkembangnya teknologi maka petani harus mencobah sejauh mana keefektipan NEP
diaplikasikan di lapang.
Untuk
itu jika ingin membuat NEP hal hal yang perlu dikerjakan seperti cara pengembangan,cara
pembuatan, sampai diaplikasikan kelapang harus mengacuh pada masukan seperti
tersebut diatas.,disamping itu keberhasilan cara cara tersebut diatas harus
didampingi oleh tenaga yang menguasai teknik pembuatannya.
Demi
terselenggarakannya metode pengendalian nematode parasit perlu ikut campur dari dinas
dan instasi terkait,sehingga pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu ( PHT )
dapat tewujud dan kelestarian lingkungan dapat terkendali dari dampak
penggunaan pestisida sintetik.
DAFTAR PUSTAKA :
Didik
Sulistyanto, 2000. Pengendalian Hayati Serangga Hama Tanaman Pangan dan
Hortikultura dengan Nematoda Entomopatogen,Steinernema spp dan Heterorhabditis
spp.Isolat Lokal.Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan,Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
( Hal
1 – 11 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.