teks

SELAMAT DATANG DI BLOG BPP KECAMATAN TIRISblink>

Sabtu, 18 Agustus 2012



PEMANFATAAN PEKARANGAN
SEBAGAI LUMBUNG PANGAN KELUARGA



1. PENDAHULUAN.

Lumbung pangan dapat merupakan sejenis bangunan yang digunakan menyimpan bahan pokok. Pembangunan lumbung pangan akan disesuaikan dengan karakter wilayah itu, tidak harus menyimpan beras.
Memasuki bulan Juli, di sejumlah daerah sentra produksi pertanian seringkali mengalami kekeringan
Petani yang menanam padi pada musim tanam gadu (musim kedua) mulai ketar-ketir Pasokan air yang kurang di masa fase vegetatif akan membuat pertumbuhan padi terganggu yang pada gilirannya akan memperburuk hasil panen. Untuk menghindari risiko itu, petani bisa serta-merta diminta mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija yang tidak memerlukan banyak air. Jenis tanaman itu mudah rusak, harganya fluktuatif, dan relatif tak ada jaminan. Pada gilirannya, kekeringan akan menurunkan hasil panen, bahkan membuat panen puso, dan akan mengancam target produksi tanaman.
Berbagai dampak merugikan akibat kekeringan itu menyadarkan kita bila negara ini belum memiliki sistem ketahanan pangan (food security) yang bisa diandalkan, Tidak bisa dimungkiri, lumbung desa telah lama dikenal sebagai institusi cadangan pangan di pedesaan dan sebagai penolong petani di masa paceklik. Dengan fungsi konvensionalnya, lumbung desa telah membantu meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dalam skala kecil. Sayangnya, sepanjang periode orde baru, akibat kebijakan pangan (beras) murah, terjangkau semua orang dan tersedia setiap saat, institusi yang sebetulnya hidup dan dipelihara turun-temurun itu lenyap ditelan waktu.
Untuk mengembangkan lumbung pangan modern, yang penting bukan cuma institusi fisik, tapi juga soal manajemennya. Intinya, pengelolaan lumbung pangan modern menyangkut tiga hal penting, yaitu pengelolaan risiko, bursa komoditas, dan prinsip saling kepercayaan. Lumbung pangan itu bukan hanya untuk mengelola komoditas yang punya daya simpan panjang seperti beras dan kopi atau biji-bijian, tapi juga komoditas yang mudah dan cepat busuk seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

2. Pekarangan, Lumbung Pangan Keluarga

Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
Pekarangan adalah sebidang tanah yang terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk dan pola tanaman pekarangan tidak dapat disamakan, bergantung pada luas tanah, tinggi tempat, iklim, jarak dari kota, jenis tanaman. Pada lahan pekarangan tersebut biasanya dipelihara ikan dalam kolom , dan hewan piaraaan seperti ayam, itik, kambing, domba, kelinci, sapi dan kerbau. Keragaman tumbuhan dan bintang piaraan inilah yang menciptakan pelestarian lingkungan hidup pada pekarangan.
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan kehidupan yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan demikian, hubungan antara tanah. tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu

3. Fungsi Ekosistem Pekarangan sebagai berikut :

1.   Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti : tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan, dan ikan
2.   Fungsi Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan binatang peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga pemiliknya.
3.   Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya sembung, jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
4.   Fungsi Sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga biasanya digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat bermain, berdiskusi, dan kegiatan social lainnya. Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan hasil pekarangan tetangga untuk menjalin keeratan hubungan social.
5.   Fungsi Sumber Benih dan Bibit.
Pekarangan yang ditamani berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara ternak atau ikan mampu menyediakan benih atapun bibit baik berupa biji-bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
6.   Fungsi Pemberian Keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat, tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana asri dan sejuk.
7.   Fungsi Pemberi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan keteangan bagi penghuninya.


4.    FUNGSI  PEKARANGAN

4.1.        Fungsi Hubungan SOSIAL BUDAYA

Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini nampak ada kecenderungan bawa pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi estetikanya saja. Pandangan seperti ini nampak pada beberapa anggota masyarakat pedesaan yang elah “maju”, terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan memenuhi pekarangannya dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar besi dengan gaya arsitektur “modern”.
Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih “murni”, justru masih banyak didapati pekarangan yang tidak berpagar sama sekali. Kalaupun berpagar, selalu ada bagian yang masih terbka atau diberi pinu yang mudah dibuka oleh siapapun dengan maksud untuk tetap memberi kelelu`saan bagi masyarakat umum untuk keluar masuk pekarangannya.
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung, antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya. Di samping itu, pada setiap pekarangan terdapat”pelataran” (Jawa) yang dapat dipergunakan sebagai tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di dalam pekarangan, juga dapat  dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa.
Bagi masyarakat desa, pekarangan bukanlah milik pribadi yang ”eksklusif”, melainkan juga mempunai fungsi sosial budaya di mana anggota masyarakat (termasuk anak-anak) dapat bebas mempergunakannya untuk keperluan-keperluan yang bersifat sosial kebudayaan pula.

4.2 Fungsi Hubungan EKONOMI

Selain fungsi hubungan sosial budaya, pekarangan juga memiliki fungsi hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi masyarakat yang hidup di pedesaan. Sedikitnya ada empat fungsi pokok yang dipunyai pekarangan, yaitu: sebagai sumber bahan makanan, sebagai penhasil tanaman perdagangan, sebagai penghasl tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu nakar, bahan bangunan, maupun bahan kerajinan).

4.3 Fungsi Hubungan BIOFISIKA

Pada pandangan pertama, bagi orang “kota” yang baru pertama kali turun masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan yang ditanami secara acak-acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering pula menimbukan kesan “menjijikkan” karena adanya kotoran hewan ternak di sana sini. Keadaan seperti ini adalah merupakan manifestasi kemanunggalan manusia dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan nenek moyangnya.
Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa sesuatu yang ada dan yang hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru pola pengusahaan pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui sebagai persyaratan demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara natural (alami) yang paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan masyarakat desa tidak mengenal zat buangan. Apa yang menjadi zat buangan dari suatu proses, merupakan sumberdaya yang dipergunakan dalam proses berikutnya yang lain. Sebagai contoh, segala macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan menjadi kompos untuk  pupuk tanaman. Sisa dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke kolam untuk dimakan ikan. Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya) dimakan manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk kompos, demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang.
Dengan demikian kalaupun dalam proses kemajuan peradaban manusia ada sesuatu yang perlu diperbaki seperti: pembuatan jamban  Keluarga di atas kolam, sistem daur ulang yang tidak baik dan efisiensi harus tetap terjaga kelangsungannya.

5.    KEGIATAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
 
Pekarangan sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai penunjang konsumsi sehari-hari serta belum banyak mempehatikan aspek keragaman dan budidaya. Untuk mensinergikan antara potensi pekarangan yang ada dengan permasalahan pangan dan gizi yang terjadi, maka fungsi pemanfaatan pekarangan perlu ditingkatkan lagi, baik dipedesaan maupun di perkotaan.
Lahan pekarangan yang dikelola secara optimal dapat memberikan manfaat bagi rumah tangga dan keluarga yang mengelolanya. Lahan pekarangan yang dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat antara lain adanya peningkatan gizi keluarga, tambahan pendapatan keluarga, lingkungan rumah asri, teratur, indah dan nyaman.


Tujuan dari pemanfaatan pekarangan adalah :
1.    Memenuhi kebutuhan gizi mikro keluarga secara berkesinambungan melalui pemanfaatan pekarangan.
2.    Meningkatkan ketrampilan keluarga tani-nelayan dalam budidaya tanaman, ternak dan ikan serta pengolahannya dengan teknologi tepat guna.
3.    Meningkatkan pendapatan keluarga tani-nelayan mellui kerjasama pemanfaatan pekarangan dengan berkelompok dalam skal usaha ekonomi.

Pemanfaatan pekarangan dilakukan untuk mewujudkan ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dan tercapainya penurunan kemiskinan melalui pemberdayaan keluarga. Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah, sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah serta biji berminyak. 
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1) bahan makan sebagai tambahan hasil dari lahan sawah dan tegalan; (2) sayuran dan buah-buahan;  (3) unggas, ternak kecil dan ikan; (4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan kerajinan tangan; dan (7) uang tunai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.