PEMANFATAAN PEKARANGAN
SEBAGAI LUMBUNG PANGAN KELUARGA
1. PENDAHULUAN.
Lumbung pangan dapat merupakan sejenis
bangunan yang digunakan menyimpan bahan pokok. Pembangunan lumbung pangan akan
disesuaikan dengan karakter wilayah itu, tidak harus menyimpan beras.
Memasuki bulan Juli, di sejumlah daerah sentra produksi
pertanian seringkali mengalami kekeringan
Petani yang menanam padi pada musim tanam gadu (musim kedua) mulai
ketar-ketir Pasokan air yang kurang di masa fase vegetatif akan membuat
pertumbuhan padi terganggu yang pada gilirannya akan memperburuk hasil panen.
Untuk menghindari risiko itu, petani bisa serta-merta diminta mengganti tanaman
padi dengan tanaman palawija yang tidak memerlukan banyak air. Jenis tanaman
itu mudah rusak, harganya fluktuatif, dan relatif tak ada jaminan. Pada gilirannya, kekeringan akan menurunkan hasil panen, bahkan membuat
panen puso, dan akan mengancam target produksi tanaman.
Berbagai dampak merugikan akibat kekeringan
itu menyadarkan kita bila negara ini belum memiliki sistem ketahanan pangan (food
security) yang bisa diandalkan, Tidak bisa dimungkiri, lumbung desa telah
lama dikenal sebagai institusi cadangan pangan di pedesaan dan sebagai penolong
petani di masa paceklik. Dengan fungsi konvensionalnya, lumbung desa telah
membantu meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dalam skala kecil. Sayangnya,
sepanjang periode orde baru, akibat kebijakan pangan (beras) murah, terjangkau
semua orang dan tersedia setiap saat, institusi yang sebetulnya hidup dan dipelihara
turun-temurun itu lenyap ditelan waktu.
Untuk mengembangkan lumbung pangan modern, yang penting bukan cuma
institusi fisik, tapi juga soal manajemennya. Intinya, pengelolaan lumbung
pangan modern menyangkut tiga hal penting, yaitu pengelolaan risiko, bursa
komoditas, dan prinsip saling kepercayaan. Lumbung pangan itu bukan hanya untuk
mengelola komoditas yang punya daya simpan panjang seperti beras dan kopi atau
biji-bijian, tapi juga komoditas yang mudah dan cepat busuk seperti
sayur-sayuran dan buah-buahan.
2. Pekarangan, Lumbung Pangan
Keluarga
Pekarangan
adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan
untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup
atau apotik hidup. Dalam kondisi tertentu, pekarangan dapat
memanfaatkan kebun/rawa di sekitar rumah.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis
tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang
beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
Pekarangan adalah sebidang tanah yang
terletak di sekitar rumah dan umumnya berpagar keliling. Di atas lahan
pekarangan tumbuh berbagai ragam tanaman. Bentuk dan pola tanaman pekarangan
tidak dapat disamakan, bergantung pada luas tanah, tinggi tempat, iklim, jarak
dari kota, jenis tanaman. Pada lahan pekarangan tersebut biasanya dipelihara
ikan dalam kolom , dan hewan piaraaan seperti ayam, itik, kambing, domba,
kelinci, sapi dan kerbau. Keragaman tumbuhan dan bintang piaraan inilah yang
menciptakan pelestarian lingkungan hidup pada pekarangan.
Lahan pekarangan beserta isinya merupakan satu kesatuan
kehidupan yang saling menguntungkan. Sebagian dari tanaman dimanfaatkan untuk
pakan ternak, dan sebagian lagi untuk manusia, sedangkan kotoran ternak
digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah pekarnagn. Dengan
demikian, hubungan antara tanah. tanaman, hewan piaraan, ikan dan manusia sebagai
unit-unit di pekaranagn merupakan satu kesatuan terpadu
3.
Fungsi Ekosistem Pekarangan sebagai berikut :
1. Fungsi
Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya
dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup)
seperti : tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang
peliharaan, dan ikan
2. Fungsi
Warung Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman dan
binatang peliharaan yang setiap saat siap dijual untuk kebutuhan keluarga pemiliknya.
3. Fungsi
Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman
obat-obatan, misalnya sembung, jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga dan
sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang
tidak kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
4. Fungsi
Sosial
Lahan pekarangan yang letaknya berbatasan dengan tetangga
biasanya digunakan untuk ngumpul-ngumpul hajatan, tempat bermain, berdiskusi,
dan kegiatan social lainnya. Hasil pekarangan biasanya saling ditukarkan dengan
hasil pekarangan tetangga untuk menjalin keeratan hubungan social.
5. Fungsi
Sumber Benih dan Bibit.
Pekarangan yang ditamani berbagai jenis tanaman dan untuk
memelihara ternak atau ikan mampu menyediakan benih atapun bibit baik berupa
biji-bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
6. Fungsi
Pemberian Keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik
tanaman merambat, tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat
menciptakan suasana asri dan sejuk.
7. Fungsi
Pemberi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman
bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan
keteangan bagi penghuninya.
4.
FUNGSI PEKARANGAN
4.1.
Fungsi Hubungan SOSIAL BUDAYA
Ditinjau dari segi sosial budaya, dewasa ini
nampak ada kecenderungan bawa pekarangan dipandang tidak lebih jauh dari fungsi
estetikanya saja. Pandangan seperti ini nampak pada beberapa anggota masyarakat
pedesaan yang elah “maju”, terlebih pada masyarakat perkotaan. Yaitu, dengan
memenuhi pekarangannya dengan tanaman hias dengan dikelilingi tembok atau pagar
besi dengan gaya arsitektur “modern”.
Namun, bagi masyarakat pedesaan yang masih
“murni”, justru masih banyak didapati pekarangan yang tidak berpagar sama
sekali. Kalaupun berpagar, selalu ada bagian yang masih terbka atau diberi pinu
yang mudah dibuka oleh siapapun dengan maksud untuk tetap memberi kelelu`saan
bagi masyarakat umum untuk keluar masuk pekarangannya.
Nampaknya, bagi masyarakat desa, pekarangan
juga mempunyai fungsi sebagai jalan umum (lurung) antar tetangga, atar kampung,
antar dkuh, ahkan antar desa satu dengan yang lainnya. Di samping itu, pada
setiap pekarangan terdapat”pelataran” (Jawa) yang dapat dipergunakan sebagai
tempat bemain anak-anak sekampung. Adanya kolam tempat mandi atau sumur di
dalam pekarangan, juga dapat
dipergunakan oleh orang-orang sekampung dengan bebas bahkan sekaligus
merupakan tempat pertemuan mereka sebagai sarana komunikasi masa.
Bagi masyarakat desa, pekarangan bukanlah
milik pribadi yang ”eksklusif”, melainkan juga mempunai fungsi sosial budaya di
mana anggota masyarakat (termasuk anak-anak) dapat bebas mempergunakannya untuk
keperluan-keperluan yang bersifat sosial kebudayaan pula.
4.2 Fungsi Hubungan EKONOMI
Selain fungsi hubungan sosial budaya,
pekarangan juga memiliki fungsi hubungan ekonomi yang tidak kecil artinya bagi
masyarakat yang hidup di pedesaan. Sedikitnya ada empat fungsi pokok yang
dipunyai pekarangan, yaitu: sebagai sumber bahan makanan, sebagai penhasil
tanaman perdagangan, sebagai penghasl tanaman rempah-rempah atau obat-obatan,
dan juga sumber bebagai macam kayu-kayuan (untuk kayu nakar, bahan bangunan,
maupun bahan kerajinan).
4.3 Fungsi Hubungan BIOFISIKA
Pada pandangan pertama, bagi orang “kota”
yang baru pertama kali turun masuk desa, akan nampak olehnya sistem pekarangan
yang ditanami secara acak-acakan dengan segala macam jenis tanaman dan sering
pula menimbukan kesan “menjijikkan” karena adanya kotoran hewan ternak di sana
sini. Keadaan seperti ini adalah merupakan manifestasi kemanunggalan manusia
dengan lingkungannya sebagaimana yang telah diajarkan nenek moyangnya.
Dalam teori kebatinan Jawa, disebutkan bahwa
sesuatu yang ada dan yang hidup pada pokoknya satu dan tunggal. Bahkan, justru
pola pengusahaan pekarangan seperti itulah ternyata, yang secara alamiah diakui
sebagai persyaratan demi berlangsungnya proses daur ulang (recycling) secara
natural (alami) yang paling efektif dan efisien, sehingga pada kehidupan
masyarakat desa tidak mengenal zat buangan. Apa yang menjadi zat buangan dari
suatu proses, merupakan sumberdaya yang dipergunakan dalam proses berikutnya
yang lain. Sebagai contoh, segala macam sampah dan kotoran ternak dikumpulkan
menjadi kompos untuk pupuk tanaman. Sisa
dapur, sisa-sisa makanan, kotoran manusia dan ternak dibuang ke kolam untuk
dimakan ikan. Ikan dan hasil tanaman (daun, bunga, atau buahnya) dimakan
manusia, kotoran manusia dan sampah dibuang ke kolam atau untuk kompos,
demikian seterusnya tanpa berhenti dan berulang-ulang.
Dengan demikian kalaupun dalam proses
kemajuan peradaban manusia ada sesuatu yang perlu diperbaki seperti: pembuatan
jamban Keluarga di atas kolam, sistem
daur ulang yang tidak baik dan efisiensi harus tetap terjaga kelangsungannya.
5.
KEGIATAN PEMANFAATAN PEKARANGAN
Pekarangan sebagian besar hanya dimanfaatkan sebagai penunjang
konsumsi sehari-hari serta belum banyak mempehatikan aspek keragaman dan
budidaya. Untuk mensinergikan antara potensi pekarangan yang ada dengan
permasalahan pangan dan gizi yang terjadi, maka fungsi pemanfaatan pekarangan
perlu ditingkatkan lagi, baik dipedesaan maupun di perkotaan.
Lahan pekarangan yang dikelola secara optimal dapat memberikan
manfaat bagi rumah tangga dan keluarga yang mengelolanya. Lahan pekarangan yang
dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat antara lain adanya peningkatan
gizi keluarga, tambahan pendapatan keluarga, lingkungan rumah asri, teratur,
indah dan nyaman.
Tujuan dari
pemanfaatan pekarangan adalah :
1.
Memenuhi kebutuhan gizi mikro keluarga secara berkesinambungan
melalui pemanfaatan pekarangan.
2. Meningkatkan ketrampilan keluarga tani-nelayan dalam budidaya tanaman,
ternak dan ikan serta pengolahannya dengan teknologi tepat guna.
3. Meningkatkan pendapatan keluarga tani-nelayan mellui kerjasama pemanfaatan
pekarangan dengan berkelompok dalam skal usaha ekonomi.
Pemanfaatan pekarangan dilakukan untuk mewujudkan
ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dan tercapainya penurunan kemiskinan
melalui pemberdayaan keluarga. Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayah,
sumberdaya alam Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam
dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun
protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian, umbi-umbian,
pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah serta biji berminyak.
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan
memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan : (1)
bahan makan sebagai tambahan hasil dari lahan sawah dan tegalan; (2) sayuran
dan buah-buahan; (3) unggas, ternak
kecil dan ikan; (4) rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian; (5) bahan kerajinan
tangan; dan (7) uang tunai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon konfermasi balik....dari anda terhormat. Biar tampilan lebih baik.